UMKM Ramah Lingkungan: Jejak Hijau dari Pelaku Usaha Lokal Indonesia
Wayah Sinau - Tren gaya hidup berkelanjutan tak lagi sekadar jargon. Di balik pergeseran pola konsumsi masyarakat Indonesia, sejumlah pelaku UMKM mulai mencuri perhatian dengan menawarkan solusi hijau berbasis kearifan lokal.
Mereka tak hanya memproduksi barang, tapi juga menanamkan nilai: bahwa keberlanjutan lingkungan bisa dimulai dari tangan-tangan kecil. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM, terdapat lebih dari 64 juta pelaku UMKM di
Indonesia. Meski belum semuanya mengadopsi prinsip ramah lingkungan, sejumlah pelaku telah menjadi pionir dalam transformasi hijau ini. Mereka hadir dari berbagai sektor, mulai dari fashion, kecantikan, hingga pertanian urban.
Kreskros: Daur Ulang Plastik Jadi Aksesori Bernilai
Berbasis di Yogyakarta, Kreskros memanfaatkan limbah plastik sebagai bahan utama untuk menciptakan tas dan aksesori mode. Teknik anyaman tradisional dikombinasikan dengan desain modern, menjadikan setiap produk tidak hanya artistik tetapi juga penuh makna.
Krisna Setiawan, pendiri Kreskros, menyebut bahwa satu tas produksinya setara dengan 30 kantong plastik yang diselamatkan dari TPA. Model bisnis ini sekaligus mengusung ekonomi sirkular, yang kini mulai diminati pasar global.
SukkhaCitta: Transparansi, Etika, dan Alam dalam Sepotong Kain
SukkhaCitta dikenal luas karena pendekatannya terhadap slow fashion. Mereka menjalin kemitraan langsung dengan petani dan perajin dari desa-desa terpencil, menggunakan bahan alami dan pewarna nabati. Setiap produk
SukkhaCitta memiliki "kode transparansi"—penanda tentang siapa yang membuatnya, dari mana asal bahannya, dan bagaimana dampaknya terhadap
lingkungan dan sosial. Dengan konsep ini, SukkhaCitta turut mempopulerkan gaya hidup sadar lingkungan dalam dunia fesyen lokal.
Bali Alus: Kosmetik Alami dari Pulau Dewata
Bali Alus adalah UMKM yang mengangkat kekayaan rempah dan herbal tradisional ke dalam produk perawatan tubuh alami. Mulai dari sabun hingga minyak pijat, semua berbahan dasar alami dan dikemas dengan material biodegradable.
Kesadaran akan keberlanjutan lingkungan tak hanya terlihat dari produknya, tetapi juga dari praktik produksi Bali Alus yang minim limbah. Tak heran jika produk mereka telah menembus pasar Asia Tenggara, membawa nama Indonesia di jalur kosmetik hijau.
Greenie Indonesia: Inovasi Kemasan Biodegradable
Di Bandung, Greenie Indonesia hadir menawarkan solusi nyata atas persoalan limbah plastik dari sektor F&B dan ritel. Produk mereka dibuat dari ampas tebu, jerami, dan singkong, serta dapat terurai dalam waktu kurang dari 180 hari.
Lebih dari sekadar penyedia kemasan, Greenie juga mengedukasi pelaku usaha tentang pentingnya pengemasan ramah lingkungan. Mereka membuktikan bahwa solusi hijau bisa sekaligus praktis dan ekonomis.
![]() |
Tanibox teknologi hijau untuk pertanian |