Mengenal Pusat Produksi Makanan Khas di Wonosobo
Wayah Sinau - Wonosobo bukan hanya dikenal karena keindahan Dataran Tinggi Dieng, tetapi juga karena kekayaan kulinernya. Kabupaten yang terletak di Jawa Tengah ini memiliki beragam makanan khas yang diproduksi secara lokal, mulai dari camilan tradisional hingga minuman herbal yang bernilai ekonomis tinggi. Sentra produksi makanan khas ini tersebar di berbagai desa dan menjadi tulang punggung ekonomi bagi masyarakat setempat.
Ragam Makanan Khas dan Sentra Produksinya
Carica Dieng: Buah Eksotis dari Ketinggian
Carica, buah yang hanya tumbuh di dataran tinggi Dieng, menjadi ikon utama oleh-oleh Wonosobo. Diolah menjadi manisan, sirup, atau dodol, produk ini diproduksi secara massal di sentra UMKM seperti di wilayah Kertek dan Kejajar. Proses produksinya masih mempertahankan metode tradisional, namun mulai mengadopsi teknologi untuk menjaga higienitas dan daya simpan produk.
Keripik Jamur: Inovasi dari Budidaya Jamur
Wonosobo juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil jamur terbesar di Jawa Tengah. Jamur tiram dan jamur kancing menjadi bahan baku utama keripik jamur yang kini banyak dipasarkan sebagai oleh-oleh. Produksi keripik ini tersebar di jalur Wonosobo–Dieng, memanfaatkan potensi budidaya lokal yang melimpah.
Tempe Kemul dan Geblek: Gorengan Legendaris Wonosobo
Tempe kemul adalah camilan berbahan tempe yang digoreng dengan adonan tepung dan daun kucai. Teksturnya renyah dan menjadi teman setia teh hangat saat pagi atau sore. Sementara itu, geblek yang terbuat dari tepung tapioka memiliki bentuk unik seperti angka delapan. Keduanya diproduksi secara rumahan dan banyak ditemukan di pasar tradisional dan warung kaki lima.
Opak Singkong: Kerupuk Klasik dengan Cita Rasa Khas
Opak singkong khas Wonosobo berbeda dari opak di daerah lain. Terbuat dari singkong yang ditumbuk dan dicampur daun kucai, opak ini dikeringkan sebelum digoreng. Sentra produksinya berada di daerah Sapuran dan Kalibeber. Produk ini tahan lama, cocok sebagai camilan atau oleh-oleh untuk dibawa ke luar kota.
Kacang Dieng: Si Gemuk yang Gurih
Kacang Dieng, atau yang sering disebut "kacang babi", memiliki bentuk besar dan rasa yang gurih. Produk ini diolah oleh kelompok masyarakat di sekitar Wonosobo dan banyak dijual dalam kemasan ekonomis di toko oleh-oleh. Selain enak, kacang ini memiliki kandungan gizi yang baik sebagai sumber energi.
Purwaceng dan Teh Tambi: Minuman Berkhasiat dari Pegunungan
Purwaceng adalah tanaman herbal asli Dieng yang diolah menjadi teh atau campuran kopi. Dikenal sebagai afrodisiak alami, purwaceng banyak diburu wisatawan karena khasiatnya. Sementara itu, Teh Tambi yang berasal dari kebun teh di lereng Gunung Sindoro, memiliki aroma dan rasa yang khas. Produk ini banyak dijual dalam bentuk teh celup dan bubuk di berbagai toko oleh-oleh Wonosobo.
![]() |
Kuliner khas Wonosobo |
Peran Ekonomi dan Budaya Lokal
Penggerak UMKM Berbasis Keluarga
Sebagian besar makanan khas Wonosobo diproduksi oleh industri rumahan atau UMKM berbasis keluarga. Produksi skala kecil ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memberdayakan perempuan dan pemuda desa. Pemerintah daerah pun terus mendorong pelatihan dan pendampingan agar produk lokal mampu bersaing di pasar yang lebih luas.
Strategi One Village One Product (OVOP)
Konsep One Village One Product menjadi strategi pengembangan sentra produksi di Wonosobo. Dengan pendekatan ini, setiap desa difokuskan pada satu jenis produk unggulan. Misalnya, Desa Kertek dikenal sebagai penghasil carica, sementara Desa Sapuran terkenal dengan opak singkongnya. Pendekatan ini membuat distribusi dan pemasaran menjadi lebih efisien dan terorganisir.
Tantangan dan Peluang Pengembangan
Meski memiliki potensi besar, pelaku usaha makanan khas di Wonosobo masih menghadapi beberapa tantangan. Di antaranya adalah keterbatasan kapasitas produksi, standar pengemasan, dan akses pasar digital. Namun peluang terbuka lebar, terutama melalui pemasaran online dan kolaborasi dengan platform marketplace yang bisa menjangkau konsumen nasional hingga luar negeri.
Menuju Branding Kuliner Wonosobo
Dengan semakin meningkatnya kunjungan wisata ke Dieng dan sekitarnya, permintaan terhadap oleh-oleh khas Wonosobo pun melonjak. Hal ini menjadi momentum untuk memperkuat branding produk lokal, melalui kemasan modern, label bersertifikasi, serta promosi yang konsisten. Festival kuliner dan bazar oleh-oleh yang diadakan secara rutin juga menjadi sarana penting untuk memperkenalkan kekayaan rasa khas Wonosobo kepada wisatawan.
Pusat produksi makanan khas di Wonosobo bukan sekadar tempat menghasilkan camilan atau oleh-oleh, tetapi menjadi jantung ekonomi masyarakat lokal. Di balik setiap kemasan manisan carica, keripik jamur, atau opak singkong, terdapat cerita tentang tradisi, inovasi, dan semangat warga untuk melestarikan kekayaan kuliner daerah.
Dengan dukungan berbagai pihak—pemerintah, komunitas, dan pelaku usaha—Wonosobo memiliki peluang besar untuk menjadi ikon kuliner Jawa Tengah yang bukan hanya dikenal karena kelezatannya, tetapi juga karena keberhasilannya menggerakkan roda ekonomi berbasis kearifan lokal.
(Artikel ini ditulis oleh Jenia)