UMKM Batik Indonesia yang Tembus Pasar Internasional: Dari Kampung ke Panggung Dunia
Di Giriloyo, Batik Menjadi Jembatan Budaya dan Ekonomi Global
Wayah Sinau - Di sebuah sudut Yogyakarta, tepatnya di Dusun Giriloyo, deru canting dan aroma malam batik tak pernah berhenti. Dari tangan-tangan
terampil para pengrajin lokal, lahir selembar demi selembar batik tulis yang kini tak hanya dikenakan warga lokal, tetapi juga para pencinta mode dari Jepang,
Belanda, hingga Amerika Serikat. Inilah wajah baru UMKM batik Indonesia—bergerak lincah menembus batasan geografis serta menanggapi selera pasar global.
Batik: Warisan Budaya Bernilai Ekspor
Batik bukan sekadar kain. Ia adalah identitas, narasi sejarah, sekaligus produk unggulan industri kreatif lokal. Diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda sejak 2009, batik Indonesia membuktikan diri bukan hanya sebagai
simbol tradisi, tapi juga komoditas global. Data dari Kementerian Perindustrian mencatat, nilai ekspor batik Indonesia pada tahun 2022 menembus lebih dari
USD 64 juta. Negara tujuan ekspor pun makin beragam—Amerika Serikat, Jepang, Eropa, hingga negara-negara di Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Dari Pekalongan hingga Lasem: Ketekunan yang Menembus Pasar Dunia
Salah satu kisah inspiratif datang dari UMKM batik binaan Pertamina di Pekalongan. Dengan menjaga kualitas, mempertahankan proses pewarnaan alami, serta mengikuti pameran internasional seperti Ambiente Frankfurt dan
Inacraft, produk mereka kini digemari pasar Belanda dan Australia. Di Rembang, Batik Lasem merintis jalan yang sama. Begitu pula Batik Tulis Cirebon dan Batik Madura. Melalui kerja sama dengan marketplace Indonesia yang merambah
pasar internasional, seperti Tokopedia Global dan Blibli Mitra, produk batik kini lebih mudah diakses oleh konsumen luar negeri. Bahkan, sebagian UMKM telah menembus pasar premium berkat pendekatan ethical fashion dan prinsip zero waste.
Peran Kurasi dan Pendampingan yang Tidak Bisa Diabaikan
Keberhasilan UMKM batik Indonesia bukan hasil kerja satu pihak. Pemerintah, BUMN, hingga lembaga non-pemerintah ikut turun tangan dalam membekali pelaku usaha. Lewat program semacam "UMKM Go Global" serta "UMKM Naik
Kelas", para pengrajin batik dilatih tentang branding, digitalisasi, hingga regulasi ekspor. Kementerian Koperasi dan UKM, BEKRAF, Bank Indonesia, hingga diaspora Indonesia
di luar negeri turut mendukung dari sisi kurasi produk dan akses pasar. Bagi pelaku UMKM, ini adalah pintu masuk penting yang membuka jalan menuju konsumen internasional.
Tantangan yang Mendorong Inovasi
Menembus pasar global bukan perkara mudah. UMKM batik dihadapkan pada tantangan kualitas, kontinuitas produksi, dan tren global yang cepat berubah. Tak sedikit yang juga menghadapi kendala logistik dan keterbatasan modal.
Namun, justru dalam tekanan itu, inovasi lahir. Dari menggandeng desainer muda hingga kolaborasi lintas negara, UMKM batik terus bertransformasi. Mereka tak lagi terpaku pada motif klasik,
melainkan mulai merambah gaya kontemporer yang tetap berakar pada budaya lokal. Batik kini tak hanya dikenakan, tapi juga dikoleksi sebagai seni bernilai tinggi.
Pengrajin batik tulis UMKM Indonesia di Giriloyo, Yogyakarta