7 Makanan Tradisional Khas Banyuwangi yang Masih Eksis
Wayah Sinau - Di tengah gempuran makanan cepat saji dan kuliner kekinian yang berlomba tampil di media sosial, ada satu hal yang tetap berdiri tegak di Banyuwangi: kuliner tradisionalnya yang kaya rasa dan cerita. Banyuwangi bukan hanya terkenal karena keindahan alamnya, tapi juga karena kuliner khas Banyuwangi yang masih eksis dan setia menggoda lidah siapa saja yang mencicipinya.
Mengapa Kuliner Tradisional Banyuwangi Masih Bertahan?
Bukan tanpa alasan makanan tradisional di sini tetap bertahan. Ada rasa yang tak bisa digantikan oleh kemasan modern. Dari cita rasa otentik yang diwariskan dari generasi ke generasi, hingga kebanggaan masyarakat Banyuwangi menjaga identitas budaya mereka lewat makanan. Warung-warung
sederhana di sudut pasar, dapur rumah yang masih mengepul dengan tungku kayu, hingga desa wisata yang mengangkat makanan tradisional sebagai daya tarik, semuanya adalah bukti bahwa rasa dan tradisi bisa berjalan seiring waktu. Yuk, kita telusuri satu per satu makanan tradisional Banyuwangi yang masih eksis hingga hari ini!
Daftar 7 Makanan Tradisional Banyuwangi
1. Sego Cawuk, Sarapan Hangat Penuh Rasa
Belum sah ke Banyuwangi kalau belum mencicipi Sego Cawuk. Bayangkan nasi hangat yang disiram kuah pindang bercampur parutan kelapa dan sambal pedas, lalu ditemani jagung muda dan aneka lauk seperti telur pindang atau pepes. Aroma kuahnya khas, rasanya manis-gurih, dan bikin pengen nambah terus! Sego Cawuk masih mudah ditemui di warung-warung tradisional kawasan Genteng atau Rogojampi. Beberapa bahkan masih memasaknya dengan cara tradisional: pakai tungku kayu.
2. Pecel Pitik, Makanan Adat yang Kini Populer
Awalnya makanan ini cuma muncul saat upacara adat Suku Using, tapi kini kamu bisa menikmatinya di warung tradisional, khususnya di Desa Kemiren. Terbuat dari ayam kampung suwir yang dicampur kelapa sangrai dan bumbu rempah,
Pecel Pitik punya cita rasa gurih dengan aroma khas yang menggoda. Biasanya disajikan bersama nasi tiwul atau nasi jagung. Cocok buat kamu yang suka makanan dengan sentuhan adat dan rasa autentik.
3. Rujak Soto, Perpaduan Tak Terduga
Kalau kamu baru pertama kali dengar nama ini, pasti mengernyit. Tapi begitu mencoba, siap-siap jatuh cinta. Rujak Soto adalah gabungan antara rujak sayur dengan bumbu kacang, lalu disiram kuah soto daging panas. Rasanya? Pedas, gurih, sedikit manis, dan luar biasa unik. Biasanya bisa ditemukan di sekitar pusat kota Banyuwangi, dijajakan di warung kaki lima.
4. Botok Tawon, Lezatnya Sarang Lebah
Terdengar ekstrem? Mungkin. Tapi bagi warga Banyuwangi, Botok Tawon adalah makanan kaya gizi dan rasa. Sarang lebah muda dibumbui dengan kelapa parut dan rempah, dibungkus daun pisang, lalu dikukus. Kamu hanya bisa menemukan menu ini saat musim panen madu. Biasanya dijual di daerah Kalipuro atau Songgon, dengan stok terbatas.
5. Uyah Asem, Sup Segar ala Pesisir
Sup ikan berkuah bening dengan cita rasa asam dari belimbing wuluh dan tomat ini cocok untuk makan siang di hari panas. Biasanya memakai ikan tongkol atau tenggiri, tanpa santan—jadi ringan tapi tetap menggugah selera.
Masakan rumahan ini banyak ditemukan di wilayah pesisir seperti Muncar. Kalau kamu ingin mencicipi masakan khas Banyuwangi yang sederhana tapi menenangkan, Uyah Asem adalah jawabannya.
6. Kue Bagiak, Camilan Manis Renyah
Kue kering berbahan tepung sagu dan kelapa ini punya tekstur renyah dan rasa manis legit. Kadang diberi aroma pandan atau jahe yang bikin makin khas.
Kue Bagiak cocok untuk oleh-oleh dan teman ngopi sore. Banyak dijual di toko oleh-oleh Banyuwangi, tapi versi terbaiknya sering datang dari pengrajin rumahan di Desa Giri dan Glagah.
7. Pisang Precet, Nostalgia Rasa Lawas
Pisang muda yang direbus dan dibaluri kelapa parut serta sedikit garam ini adalah camilan nostalgia generasi tua Banyuwangi. Rasanya manis, asam, dan gurih dalam satu gigitan. Meski mulai langka, kamu masih bisa menemukannya di pasar tradisional seperti Pasar Blambangan atau Rogojampi.
![]() |
Sego Cawuk khas Banyuwangi |
Cita Rasa Otentik dan Identitas Budaya
Setiap makanan di atas bukan sekadar santapan, tapi cermin dari perjalanan panjang masyarakat Banyuwangi dalam menjaga warisan budaya. Cita rasa otentik yang tak tergantikan adalah hasil dari kesabaran, cinta, dan kebanggaan pada akar tradisi.
Kini, banyak anak muda Banyuwangi mulai kembali memasak makanan ini, bahkan menjualnya lewat media sosial. Sebuah langkah kecil yang menjaga api tradisi tetap menyala.
FAQ Seputar Kuliner Tradisional Banyuwangi
Q: Di mana saya bisa menemukan makanan-makanan ini saat berkunjung ke Banyuwangi?
A: Kamu bisa mengunjungi pasar tradisional, warung kaki lima, atau desa wisata seperti Kemiren dan Tamansuruh.
Q: Apa makanan khas Banyuwangi yang cocok untuk oleh-oleh?
A: Kue Bagiak adalah pilihan terbaik karena awet dan mudah dibawa.
Q: Apakah makanan tradisional ini tersedia setiap hari?
A: Sebagian besar tersedia setiap hari, kecuali Botok Tawon yang hanya muncul saat musim panen madu.
Q: Apakah semua makanan tradisional ini halal?
A: Ya, semua makanan yang disebutkan menggunakan bahan halal dan umum dikonsumsi oleh masyarakat lokal.
Menjelajahi Banyuwangi tak hanya soal mendaki Gunung Ijen atau menyusuri pantai Pulau Merah. Kadang, satu piring Sego Cawuk atau suapan Pecel Pitik bisa lebih dalam menggambarkan karakter kota ini.
Jadi, saat kamu punya kesempatan berkunjung ke Bumi Blambangan, sisihkan waktu untuk menelusuri kuliner tradisionalnya. Karena dari cita rasa otentik, kamu akan menemukan cerita tentang tanah, tradisi, dan cinta yang tak pernah padam.
Artikel ini ditulis oleh Ika Kurnia Sari, Team Internship Wayah Sinau Web ID