Mengapa Kurikulum di Indonesia Terus Berganti?
![]() |
Siswa SMA di Indonesia (Sumber: Unsplash) |
Wayah Sinau - Indonesia, sebagai negara dengan sistem pendidikan terbesar di Asia Tenggara, telah mengalami berbagai perubahan kurikulum sejak kemerdekaannya.
Mulai dari Kurikulum 1947 yang sederhana, hingga Kurikulum 2013 dan revisinya yang terus dikembangkan, pergantian kurikulum tampak seperti rutinitas yang tak terhindarkan.
Tapi, apa sebenarnya yang mendorong Indonesia untuk terus mengganti kurikulum pendidikannya? Dan apa maknanya bagi guru, siswa, serta masa depan pendidikan nasional?
Sejarah Perjalanan Kurikulum di Indonesia
Sejak awal kemerdekaan, Indonesia sudah mencoba menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan nasional.
Kurikulum 1947 menjadi upaya awal untuk menyatukan pendidikan di masa penjajahan yang terfragmentasi. Namun, seiring perubahan politik dan sosial, kurikulum terus berkembang.
Pada 1968, kurikulum yang lebih terstruktur diperkenalkan, dan kemudian berganti lagi pada 1984 yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Memasuki era reformasi, kurikulum berganti cepat dengan munculnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada 2006 yang memberi keleluasaan lebih bagi sekolah.
Lalu datanglah Kurikulum 2013 yang berorientasi pada kompetensi dan karakter. Kurikulum ini pun sempat direvisi karena sejumlah tantangan di lapangan.
Perubahan yang berulang ini bertujuan agar pendidikan di Indonesia selalu relevan dengan kebutuhan zaman, tetapi kenyataannya tidak selalu mudah untuk diterapkan.
Apa yang Melatarbelakangi Pergantian Kurikulum?
Pergantian kurikulum bukan tanpa alasan. Faktor utama yang mendorong perubahan tersebut antara lain:
Perkembangan Sosial dan Ekonomi: Pendidikan harus bisa menyiapkan generasi yang mampu bersaing di era globalisasi dan digitalisasi. Seiring dunia berubah cepat, kurikulum harus adaptif agar siswa tidak ketinggalan zaman.
Tuntutan Dunia Kerja: Dunia industri dan lapangan kerja terus berubah. Kurikulum baru mencoba memasukkan keterampilan abad 21 seperti berpikir kritis, kreativitas, dan literasi digital.
Kebijakan Pemerintah dan Politik: Setiap pemerintahan memiliki visi pendidikan yang berbeda. Kurikulum sering berubah seiring pergantian rezim dan arah kebijakan.
Kritik dan Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Sebelumnya: Bila kurikulum lama dinilai kurang efektif atau sulit diimplementasikan, maka pemerintah akan memperkenalkan versi yang dianggap lebih baik.
Namun, seringkali pergantian ini juga menimbulkan kebingungan dan beban baru bagi para guru dan siswa.

Siswa SD di Indonesia (Sumber: Unsplash)
Tantangan dan Kritik yang Muncul

Siswa SD di Indonesia (Sumber: Unsplash) |
Tidak semua pihak menyambut baik pergantian kurikulum yang cepat. Banyak guru merasa kelelahan dan bingung menghadapi perubahan yang kurang didukung pelatihan memadai.
Selain itu, ada kekhawatiran bahwa pergantian yang terlalu sering membuat siswa kehilangan fokus dan waktu belajar efektif.
Dari sisi pemerintah, ada juga tantangan dalam memastikan kurikulum dapat diterapkan merata di seluruh daerah dengan kondisi yang berbeda-beda, termasuk daerah terpencil.
Apa yang Bisa Diharapkan di Masa Depan?
Pergantian kurikulum bukan tanpa tujuan. Ini merupakan cermin upaya bangsa dalam menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan zaman.
Namun, agar pergantian tersebut tidak justru menjadi beban, pemerintah dan pemangku kepentingan perlu memastikan stabilitas dan kesiapan implementasi.
Perbaikan pelatihan guru, peningkatan sarana pembelajaran, serta keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat menjadi kunci.
Kurikulum ideal adalah yang tidak hanya sering berganti, tapi yang berkelanjutan dan adaptif.
Indonesia harus terus belajar dari pengalaman masa lalu dan membangun sistem pendidikan yang kokoh, agar anak bangsa dapat tumbuh menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan global.
(Artikel ini ditulis oleh Arina)