Jasa Digital Marketing UMKM

Jasa Press Release Portal Berita

Sejarah Candi Borobudur: Pembangunan, Makna Filosofis, dan Kisah Penemuannya

Sejarah Candi Borobudur: Pembangunan, Makna Filosofis, dan Kisah Penemuannya

Candi Borobudur, monumen Buddha terbesar di dunia, bukan sekadar tumpukan batu purbakala. Ia adalah simbol keagungan peradaban masa lalu, sebuah mahakarya arsitektur yang menyimpan ajaran spiritual mendalam. Terletak di Magelang, Jawa Tengah, candi megah ini merupakan salah satu tempat wisata paling penting di Indonesia, menarik jutaan peziarah dan pelancong dari seluruh dunia.

Dalam tulisan ini, kita akan menyelami perjalanannya yang dramatis, mulai dari era pembangunannya yang misterius hingga kisah penemuan kembali setelah terkubur lama.

Kapan Candi Borobudur Dibangun? (Era Dinasti Syailendra)

Pembangunan Borobudur diperkirakan terjadi pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi. Periode emas ini bertepatan dengan masa puncak kejayaan Dinasti Syailendra di Kerajaan Mataram Kuno.

Meskipun catatan sejarah tidak secara eksplisit menyebutkan pendiri tunggal, diperkirakan butuh waktu puluhan tahun untuk merampungkan proyek raksasa ini, menggunakan jutaan balok batu vulkanik yang disusun tanpa perekat. Candi ini selesai sekitar tahun 825 Masehi, menjadi bukti nyata ketaatan Dinasti Syailendra pada ajaran Buddha Mahayana. Setelah berabad-abad digunakan sebagai pusat kegiatan keagamaan, situs ini perlahan ditinggalkan—kemungkinan besar akibat letusan Gunung Merapi dan pergeseran pusat kekuasaan ke Jawa Timur—hingga akhirnya terkubur dan terlupakan.

Arsitektur Megah: Struktur 3 Tingkatan

Secara arsitektur, Borobudur merupakan representasi visual dari alam semesta (kosmologi) dalam ajaran Buddha, memandu peziarah melalui tiga tahapan utama kehidupan spiritual menuju pencerahan.

Kamadhatu (Dunia Keinginan - Bagian Kaki)

Ini adalah tingkat paling bawah, melambangkan dunia manusia yang masih terikat erat pada hawa nafsu dan keinginan duniawi. Bagian ini tertutup oleh timbunan batu tambahan (kaki tersembunyi) yang dibangun untuk stabilitas, namun filosofinya tetap menjadi dasar piramida spiritual.

Rupadhatu (Dunia Berwujud - Bagian Tubuh & Relief)

Tingkat tengah ini melambangkan dunia di mana manusia telah mulai mengendalikan nafsu, namun masih terikat pada bentuk dan rupa. Di sinilah kekayaan arsitektur Buddha Borobudur dipamerkan. Terdapat empat teras berbentuk persegi yang dipenuhi galeri dengan ribuan panel relief yang menjadi ensiklopedia visual ajaran Buddha.

Arupadhatu (Dunia Tak Berwujud - Bagian Atas & Stupa)

Tingkatan paling atas ini melambangkan pencapaian spiritual tertinggi: Nirwana, keadaan di mana manusia telah melepaskan diri dari segala wujud dan ikatan duniawi. Bagian ini terdiri dari tiga teras melingkar yang menampung 72 stupa berlubang berisi patung Buddha, dan diakhiri dengan stupa induk tunggal di puncaknya. Tidak ada relief di bagian ini, melambangkan kesucian dan kekosongan yang sempurna.

Makna di Balik Ribuan Relief Candi Borobudur

Borobudur memiliki total lebih dari 2.600 panel relief, menjadikannya koleksi relief Buddha terlengkap di dunia. Relief-relief ini dibaca berurutan, layaknya sebuah buku pelajaran visual bagi para peziarah.

Relief Karmawibhangga (Hukum Sebab Akibat)

Terletak di kaki candi (Kamadhatu), relief ini menggambarkan hukum universal karma, yakni sebab akibat. Relief ini secara jelas menunjukkan konsekuensi dari perbuatan baik dan buruk manusia dalam kehidupan. Pesan utamanya: setiap tindakan memiliki balasan.

Relief Lalitavistara (Kisah Sang Buddha)

Relief di Rupadhatu ini adalah kisah epik tentang kehidupan Pangeran Siddhartha Gautama, dari kelahirannya di Taman Lumbini hingga mencapai Pencerahan di bawah Pohon Bodhi. Selain itu, terdapat pula Relief Jataka dan Avadana yang menceritakan kembali kisah-kisah moral dan ajaran kebijaksanaan yang relevan bagi kehidupan sehari-hari.

Kisah Penemuan Kembali oleh Sir Stamford Raffles

Setelah tertidur lelap di bawah timbunan tanah dan abu vulkanik selama ratusan tahun, Borobudur akhirnya bangkit kembali. Dunia mulai mengetahui keberadaan situs ini berkat inisiatif seorang Letnan Gubernur Jenderal Inggris di Jawa.

Pada tahun 1814, beliau mendengar laporan tentang adanya susunan batu besar bergambar di bukit terpencil. Penemuan awal ini menjadi titik balik penting. Sebuah tim kecil kemudian diutus untuk membersihkan situs dari vegetasi dan tanah. Pekerjaan pembersihan memakan waktu bertahun-tahun hingga akhirnya, pada tahun 1835, seluruh bentuk candi kembali terlihat, meskipun dalam kondisi yang memprihatinkan.

Proses Pemugaran Besar-besaran dan Status UNESCO

Sejak ditemukan, Borobudur mengalami beberapa upaya konservasi, namun kerusakan alam dan usia membuatnya semakin rapuh. Pemerintah Indonesia kemudian mengambil langkah monumental dengan meminta bantuan internasional.

Proyek pemugaran UNESCO yang masif dimulai pada tahun 1970-an, melibatkan pembongkaran ribuan batu, pembersihan, pengawetan, dan pemasangan fondasi beton bertulang modern untuk menjaga stabilitas struktural candi. Pemugaran yang selesai pada tahun 1983 ini sukses mengembalikan kemegahan Borobudur, dan mengukuhkan statusnya sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.

Sejarah Candi Borobudur: Pembangunan, Makna Filosofis, dan Kisah Penemuannya

Memahami Borobudur Sebagai Pusat Spiritualitas Buddha

Lebih dari sekadar tempat wisata, Borobudur adalah mandala besar yang menyimbolkan alam semesta. Setiap langkah peziarah di candi ini adalah simulasi perjalanan batin: mendaki dari dunia nafsu (Kamadhatu), melalui dunia pembelajaran (Rupadhatu), menuju puncak kebebasan sempurna (Arupadhatu).

Keagungan arsitektur ini terus menginspirasi dan menawarkan kedamaian batin bagi siapa saja yang mengunjunginya. Untuk mendapatkan pengalaman spiritual yang utuh, rencanakan kunjungan Anda ke tempat wisata ini. [Temukan panduan lengkap untuk ziarah dan perjalanan Anda dalam Panduan Wisata Candi Borobudur].

Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang