Pempek Palembang – Kuliner Khas Sumatera Selatan yang Melegenda
Oleh
ika kurnia
Wayah Sinau- Di antara semilir angin Sungai Musi dan denyut nadi kota Palembang, terdapat satu sajian yang bukan hanya menggoda lidah, tapi juga menyimpan jejak sejarah dan kebanggaan: pempek Palembang.
Teksturnya kenyal, rasanya gurih, dan keberadaannya telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Sumatera Selatan. Lebih dari sekadar makanan, pempek adalah narasi budaya yang hidup.
Warisan Sungai Musi: Asal-Usul Pempek yang Mengakar
Tidak banyak kuliner yang mampu membawa kita ke dalam lorong waktu, tetapi pempek berhasil melakukannya. Di masa lalu, masyarakat Palembang yang hidup berdampingan dengan Sungai Musi dan laut di sekitarnya memiliki
kebutuhan akan makanan yang tahan lama, bergizi, dan mudah diolah. Maka lahirlah pempek, konon dari kreasi seorang keturunan Tionghoa yang mengolah ikan giling dan mencampurnya dengan sagu. Adonan itu dibentuk, direbus, dan
kadang digoreng sebelum disajikan. Seiring waktu, sajian ini berkembang menjadi simbol kuliner khas Palembang yang tak hanya mengenyangkan, tetapi juga mempererat ikatan sosial dan budaya.
Rahasia Kenikmatan Pempek: Ikan Segar dan Sagu Pilihan
Proses Pembuatan yang Sarat Teknik
Keistimewaan pempek Palembang terletak pada kesederhanaannya yang menuntut kesempurnaan. Dua bahan utama—ikan segar (biasanya ikan tenggiri atau belida) dan sagu—bersatu menciptakan tekstur elastis yang khas. Terlalu banyak sagu membuatnya keras, terlalu sedikit menjadikannya lembek. Di
sinilah sentuhan tangan dan pengalaman berbicara. Setelah adonan terbentuk, pempek direbus hingga mengapung, tanda bahwa ia telah matang sempurna. Beberapa jenis kemudian digoreng untuk memberikan lapisan renyah di luar, namun tetap lembut di dalam.
Variasi Pempek dan Cita Rasa Otentik
Setiap jenis pempek bukan sekadar bentuk berbeda, tapi menyimpan karakter dan kisahnya masing-masing. Ragamnya mencerminkan kekayaan kreativitas masyarakat Palembang dalam mengolah bahan sederhana menjadi sajian luar biasa.
Pempek Kapal Selam, Raja di Antara Segala Pempek
Inilah primadona pempek: pempek kapal selam. Di dalam adonan tebalnya tersembunyi telur ayam utuh yang ketika digigit, menyemburkan kelembutan dan kelezatan. Rasa gurihnya berlapis, menciptakan pengalaman menyantap yang kompleks dan memuaskan.
Lenjer, Adaan, Kulit, dan Pistel: Ragam yang Menggoda
Pempek lenjer: panjang dan sederhana, cocok disantap dengan cuko kental.
Pempek adaan: bulat, lebih padat, dengan aroma bawang yang menggoda.
Pempek kulit: terbuat dari kulit ikan, memberikan rasa yang lebih kuat dan tekstur sedikit kasar.
Pempek pistel: unik dengan isian pepaya muda tumis, menciptakan perpaduan manis dan gurih yang tak terduga.
Cuko: Jiwa dari Setiap Suapan
Tak lengkap berbicara tentang pempek tanpa menyebut cuko—kuah pekat berwarna gelap yang menjadi soulmate sejati pempek. Dibuat dari campuran gula merah, bawang putih, cabai rawit, dan asam jawa, cuko menciptakan sensasi rasa yang tajam: manis, pedas, asam, dan sedikit pahit.
Di Palembang, cuko sering dibuat dalam jumlah besar, disimpan dalam botol kaca, dan dibiarkan ‘matang rasa’-nya seiring waktu. Ia bukan sekadar pelengkap, tapi ruh yang menyatukan seluruh elemen sajian pempek.
Pempek sebagai Representasi Budaya Palembang
Lebih dari sebuah hidangan, pempek Palembang adalah simbol identitas. Ia hadir dalam berbagai acara, dari perayaan keluarga hingga festival nasional. Ia juga menjadi buah tangan wajib saat kembali dari Palembang—membawa cita rasa otentik dan jejak tanah kelahiran.
Tak jarang, pempek menjadi alat diplomasi budaya. Dalam pameran kuliner internasional, pempek tampil sebagai perwakilan rasa Indonesia yang unik dan berkarakter.
Dari Dapur Lokal ke Panggung Dunia
Saat ini, pempek telah melintasi batas geografis. Di Jakarta, Surabaya, bahkan hingga Singapura dan Belanda, pempek dijajakan di berbagai tempat: dari restoran elegan hingga kios kaki lima.
Namun tetap saja, banyak yang meyakini: pempek terbaik hanya bisa ditemukan di Palembang—di mana air, bahan, dan tangan-tangan terlatih berpadu menciptakan rasa sejati.
Pempek kapal selam khas Palembang disajikan dengan cuko pedas manis
FAQ Seputar Pempek Palembang
Q: Apakah pempek hanya berasal dari Palembang?
A: Ya, pempek berasal dari Palembang, meskipun sekarang bisa ditemukan di seluruh Indonesia.
Q: Jenis ikan apa yang paling umum digunakan?
A: Ikan tenggiri adalah yang paling umum, namun ikan belida adalah versi klasik yang kini lebih sulit ditemukan.
Q: Apakah cuko bisa disimpan lama?
A: Bisa, bahkan rasanya semakin nikmat setelah disimpan selama beberapa hari atau minggu di suhu ruang atau kulkas.
Q: Adakah pempek yang tidak digoreng?
A: Tentu, sebagian besar pempek disajikan setelah direbus saja, meskipun beberapa jenis seperti adaan sering digoreng.
Q: Apakah pempek bisa dibuat dari bahan non-ikan?
A: Secara tradisional tidak, namun kini banyak inovasi menggunakan ayam atau tahu sebagai alternatif.
Pempek bukan hanya makanan, melainkan perayaan rasa dan sejarah yang menyatu dalam satu suapan. Ia hadir sederhana, namun menyimpan kedalaman budaya, teknik, dan kreativitas.
Dalam kenyalnya tekstur dan tajamnya cuko, tersimpan kisah panjang tentang masyarakat Palembang—tentang bagaimana rasa bisa menjadi warisan, dan makanan menjadi identitas.
Artikel ini ditulis oleh Ika Kurnia Sari, Team Internship Wayah Sinau Web ID