Jasa Digital Marketing UMKM

Jasa Press Release Portal Berita

Wisata Berbasis Komunitas: Solusi Ramah Lingkungan

Wisata Berbasis Komunitas: Solusi Ramah Lingkungan

Wayah Sinau - Industri pariwisata telah menjadi salah satu sektor penting dalam mendorong perekonomian global, termasuk di Indonesia. Namun, pertumbuhan masif pariwisata juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan: dari kerusakan ekosistem, pencemaran sampah, hingga marginalisasi masyarakat lokal.

Sebagai respons terhadap kondisi tersebut, lahirlah konsep Community-Based Tourism (CBT) atau wisata berbasis komunitas, sebagai alternatif yang lebih inklusif dan berkelanjutan.


Apa Itu Wisata Berbasis Komunitas?

Wisata berbasis komunitas adalah bentuk pariwisata yang dikelola dan dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat lokal. Dalam model ini, warga setempat menjadi pelaku utama: mereka menyediakan akomodasi, menjadi pemandu wisata, menyajikan kuliner tradisional, hingga mengatur aktivitas wisata.

Berbeda dari wisata massal yang terkadang hanya menguntungkan investor besar, CBT memastikan manfaat ekonomi dan sosial kembali kepada komunitas yang menjaga destinasi tersebut.

Karakteristik Wisata Berbasis Komunitas

  • Partisipasi aktif masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pengambilan keputusan
  • Konservasi lingkungan dan pelestarian budaya sebagai pilar utama
  • Interaksi langsung wisatawan dengan penduduk lokal
  • Skala usaha yang kecil hingga menengah, tetapi berdampak besar secara sosial


Wisata Berbasis Ramah Lingkungan
Wisata Komunitas sebagai solusi ramah lingkungan ( Sumber: Traveloka)


Wisata Komunitas sebagai Solusi Ramah Lingkungan


Mengurangi Jejak Karbon dan Sampah

Berbeda dari wisata massal yang padat kendaraan dan fasilitas modern, wisata komunitas cenderung menggunakan moda transportasi lokal, penginapan tradisional, dan praktik ramah lingkungan seperti pengelolaan limbah berbasis desa. Contohnya, beberapa desa wisata di Bali dan Lombok telah menerapkan sistem zero waste untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka.


Melindungi Ekosistem Lokal

Karena masyarakat setempat sangat bergantung pada alam untuk menarik wisatawan, mereka terdorong untuk menjaga keasrian hutan, sungai, dan laut. Misalnya, nelayan di Desa Tanjung Lesung beralih dari penangkapan ikan massal ke wisata konservasi laut dan snorkeling edukatif.


Edukasi Lingkungan bagi Wisatawan

Melalui aktivitas seperti trekking hutan, belajar pertanian organik, hingga membatik ramah lingkungan, wisata berbasis komunitas turut mengedukasi pengunjung tentang pentingnya menjaga alam. Pengalaman ini lebih bermakna daripada sekadar menikmati pemandangan.


Contoh Nyata di Indonesia


1. Desa Nglanggeran, Yogyakarta

Dikenal sebagai Desa Wisata Geopark, Nglanggeran menawarkan wisata berbasis alam dan budaya. Dikelola oleh warga lokal, desa ini menyediakan homestay, jalur trekking di Gunung Api Purba, dan pelatihan pembuatan cokelat dari kakao lokal.

Dampak Positif:

  • Meningkatkan pendapatan masyarakat lebih dari 50%
  • Mengurangi praktik penambangan batu ilegal
  • Melibatkan pemuda desa dalam pelestarian alam

2. Pulau Menjangan Kecil, Karimunjawa

Warga lokal mengembangkan wisata menyelam dan konservasi terumbu karang dengan prinsip ekowisata. Selain berperan sebagai pemandu, mereka juga menjadi penyuluh tentang pentingnya menjaga laut.

Inisiatif Utama:

  • Program adopsi terumbu karang
  • Menggunakan perahu tanpa bahan bakar minyak untuk tur snorkeling
  • Larangan penggunaan plastik sekali pakai di kawasan wisata

3. Desa Pentingsari, Sleman

Desa ini sukses memadukan budaya, pertanian, dan konservasi lingkungan dalam konsep wisata edukatif. Wisatawan diajak belajar menanam padi, membuat jamu, hingga memahami pentingnya hutan lindung.


Tantangan dan Jalan Keluar


Kurangnya Akses Modal dan Pelatihan

Banyak komunitas yang memiliki potensi wisata namun kesulitan mendapatkan akses permodalan dan pelatihan profesional. Peran pemerintah, LSM, dan swasta sangat dibutuhkan dalam pendampingan jangka panjang.

Risiko Komersialisasi Berlebihan

Jika tidak diatur dengan baik, wisata komunitas bisa berubah arah menjadi wisata massal, kehilangan nilai autentik dan keberlanjutannya. Maka, penting untuk tetap menjaga kontrol masyarakat lokal sebagai pengelola utama.


Infrastruktur yang Masih Terbatas

Beberapa desa wisata menghadapi kendala infrastruktur dasar seperti jalan, air bersih, dan internet. Investasi dari pemerintah daerah dan kolaborasi dengan sektor swasta perlu didorong untuk mengatasi hal ini.




Arah Kebijakan dan Dukungan Pemerintah

Pemerintah Indonesia telah menyadari pentingnya wisata berbasis komunitas. Program seperti Desa Wisata oleh Kemenparekraf, BUMDesa Pariwisata, serta fasilitasi pelatihan SDM menjadi wujud konkret dukungan negara. Bahkan, beberapa desa wisata telah masuk dalam daftar prioritas destinasi unggulan nasional.

Kolaborasi antara kementerian, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan inisiatif ini.


(Artikel ini ditulis oleh Jenia)
Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang