Tur Sejarah ke Benteng-Benteng di Maluku & Papua
Wayah Sinau - Maluku dan Papua tak hanya menawarkan keindahan alam yang memesona, tetapi juga jejak sejarah kolonialisme yang masih berdiri kokoh hingga kini. Benteng-benteng peninggalan Portugis, Belanda, dan Spanyol menjadi saksi bisu masa lalu yang penuh gejolak, mulai dari perebutan rempah-rempah hingga perlawanan rakyat setempat.
Tur sejarah ke benteng-benteng ini bukan sekadar wisata, tetapi perjalanan melintasi waktu. Kita diajak menyusuri lorong-lorong batu tua, merasakan suasana era kolonial, dan memahami perjuangan panjang bangsa Indonesia dalam mempertahankan jati diri.
Maluku: Negeri Seribu Benteng
Maluku dikenal sebagai ‘The Spice Islands’, yang pada abad ke-15 hingga 18 menjadi incaran bangsa Eropa. Akibatnya, banyak benteng pertahanan dibangun di wilayah ini.
Benteng Amsterdam – Ambon
Terletak di Desa Hila, Ambon, Benteng Amsterdam dibangun oleh Portugis pada 1512, kemudian direbut dan dikembangkan Belanda pada 1605. Benteng ini memiliki tiga lantai dengan menara pengintai di atap. Dari sini, wisatawan dapat menikmati pemandangan Teluk Ambon dan sisa-sisa peradaban kuno yang menyatu dengan alam sekitar.
Meski tidak sebesar benteng di Eropa, struktur batu karangnya masih kuat, dan papan informasi di dalamnya menjelaskan kronologi perebutan kekuasaan antara kolonial dan masyarakat lokal.
Benteng Duurstede – Saparua
Dibangun oleh VOC pada abad ke-17, Benteng Duurstede menjadi simbol penting perlawanan rakyat Maluku, terutama dalam kisah perjuangan Kapitan Pattimura pada 1817. Lokasinya yang menghadap laut membuatnya strategis dalam pengawasan armada dagang dan militer.
Kini, benteng ini telah direstorasi sebagian dan menjadi tujuan utama wisata sejarah di Pulau Saparua. Patung Pattimura yang berdiri megah di dekatnya mengingatkan pengunjung pada semangat perjuangan rakyat Maluku.
![]() |
Sejarah Benteng di Maluku |
Papua: Benteng Kolonial yang Terlupakan
Meski lebih dikenal dengan kekayaan budaya dan alamnya, Papua juga memiliki sejumlah benteng yang dibangun kolonial Belanda untuk memperkuat dominasi di wilayah timur.
Benteng Du Bus – Fakfak
Benteng Du Bus merupakan benteng pertama Belanda di Tanah Papua, dibangun pada tahun 1828 di Teluk Triton, Fakfak. Tujuannya adalah untuk mengukuhkan klaim Belanda atas bagian barat Pulau Papua dan melawan pengaruh Inggris serta pedagang Arab.
Sayangnya, kini keberadaan fisik benteng ini nyaris tak bersisa. Hanya sedikit puing-puing yang ditemukan, namun lokasi dan narasi sejarahnya masih menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, terutama peneliti dan pencinta sejarah.
Benteng Kaimana – Jejak Kolonial yang Tersembunyi
Di Kaimana, Papua Barat, terdapat benteng kecil tak bernama yang dibangun Belanda untuk mengawasi jalur pelayaran dan perdagangan rempah dari Maluku ke wilayah timur. Tidak banyak informasi resmi mengenai benteng ini, namun penduduk lokal masih menyebutnya sebagai "tempat Belanda."
Tur ke sini biasanya dilakukan bersama pemandu lokal yang juga menceritakan kisah-kisah lisan tentang masa kolonial dan dampaknya terhadap masyarakat adat.
Revitalisasi dan Potensi Wisata Sejarah
Pemerintah daerah dan komunitas sejarah di Maluku dan Papua mulai menyadari pentingnya pelestarian benteng-benteng ini. Selain sebagai objek wisata, situs-situs tersebut merupakan pengingat nyata atas perjalanan panjang bangsa Indonesia.
Edukasi Melalui Wisata
Mengunjungi benteng bukan hanya untuk berfoto atau menikmati arsitektur kuno. Banyak sekolah dan perguruan tinggi di kawasan timur Indonesia mulai memasukkan kunjungan ke benteng sebagai bagian dari pendidikan sejarah lapangan.
Tantangan Pelestarian
Namun, pelestarian tidak mudah. Beberapa benteng terabaikan karena keterbatasan anggaran, akses yang sulit, dan kurangnya tenaga ahli konservasi. Di sisi lain, minat wisatawan—baik domestik maupun mancanegara—masih terpusat di kota-kota besar, sehingga potensi wisata sejarah ini belum sepenuhnya digarap maksimal.
Masa Depan Tur Sejarah di Timur Indonesia
Potensi tur sejarah di Maluku dan Papua sebenarnya sangat besar. Kombinasi antara keindahan alam dan nilai sejarah menjadi paket wisata yang unik dan edukatif. Benteng bukan sekadar bangunan tua, melainkan simbol kekuatan, perlawanan, dan jati diri masyarakat timur Indonesia.
Dengan pendekatan yang tepat—kolaborasi pemerintah, akademisi, dan masyarakat lokal—tur sejarah ke benteng-benteng di Maluku dan Papua bisa menjadi destinasi unggulan nasional. Selain itu, ini adalah cara bijak untuk memperkenalkan kekayaan sejarah Indonesia kepada dunia.
(Artikel ini ditulis oleh Jenia)