Tren Wisata Kuliner Indonesia di Kalangan Gen Z
Wayah Sinau - Bagi generasi sebelumnya, makanan lebih banyak dimaknai sebagai kebutuhan. Namun, bagi Gen Z—kelompok usia muda kelahiran akhir 1990-an hingga awal 2010-an—makanan telah menjadi bagian dari ekspresi diri dan pengalaman sosial. Fenomena ini menjadikan wisata kuliner sebagai tren utama dalam gaya hidup mereka.
Gen Z tak hanya makan untuk kenyang, tetapi juga untuk mencari pengalaman, membagikannya di media sosial, dan bahkan sebagai bentuk eksplorasi budaya lokal. Mereka lebih suka mencoba makanan baru, datang ke tempat-tempat unik, dan memadukan aktivitas kuliner dengan konten digital seperti vlog, TikTok, dan Instagram Stories.
Kekuatan Media Sosial dalam Mendorong Tren
Instagram dan TikTok sebagai Etalase Kuliner
Media sosial berperan besar dalam membentuk tren wisata kuliner. Instagram menjadi wadah utama bagi Gen Z untuk mencari inspirasi tempat makan, baik dari foto makanan estetik maupun ulasan singkat di feed. Sementara TikTok memainkan peran yang lebih eksplosif: satu video viral saja bisa membuat warung kecil mendadak ramai dikunjungi.
Kuliner bukan lagi soal rasa saja, tapi juga visual. Tempat makan dengan pencahayaan bagus, dekorasi Instagramable, dan plating makanan yang estetik jauh lebih menarik bagi Gen Z daripada tempat makan tradisional yang 'biasa-biasa saja', meskipun rasanya enak.
Review dari Influencer dan Food Vlogger
Rekomendasi dari food vlogger lokal atau travel influencer juga sangat berpengaruh. Gen Z cenderung percaya pada review personal daripada iklan. Bahkan, banyak dari mereka yang rela melakukan perjalanan jauh demi mencoba makanan yang direkomendasikan oleh kreator konten favorit mereka.
Kuliner Lokal Masih Mendominasi
Bangga Cita Rasa Nusantara
Meskipun terpapar budaya global, Gen Z menunjukkan ketertarikan tinggi terhadap makanan khas Indonesia. Mereka tak segan mencari dan mengeksplorasi makanan tradisional seperti sego tempong dari Banyuwangi, papeda dari Papua, atau sate lilit khas Bali. Kecintaan terhadap kuliner lokal ini bahkan menjadi semacam bentuk nasionalisme baru—mempromosikan kekayaan rasa nusantara ke khalayak digital global.
Adaptasi Kuliner Tradisional ke Gaya Modern
Menariknya, banyak pelaku kuliner kini mengadaptasi makanan tradisional ke dalam format yang lebih kekinian. Contohnya, es dawet disajikan dalam botol estetik dengan topping boba, atau nasi uduk dibungkus dalam kemasan karton seperti fast food. Konsep fusion ini menjadi jembatan antara rasa klasik dan tampilan modern yang disukai Gen Z.
Preferensi Unik: Lebih dari Sekadar Enak
Makanan yang Unik dan Anti-Mainstream
Gen Z sangat tertarik dengan sesuatu yang berbeda. Mereka lebih tertarik mencoba makanan yang unik—baik dari segi rasa, bahan, atau tempat makannya. Makanan ekstrem seperti belalang goreng, es krim dengan rasa sambal, atau restoran bertema horor menjadi daya tarik tersendiri.
Nilai-nilai Etis: Halal, Sehat, dan Ramah Lingkungan
Tak sedikit Gen Z yang memiliki kesadaran tinggi terhadap isu etika dan keberlanjutan. Mereka cenderung mencari tempat makan yang menjual makanan halal, ramah lingkungan (zero waste), bahkan vegan-friendly. Tren ini memperlihatkan bahwa bagi Gen Z, makanan juga harus sejalan dengan nilai hidup mereka.
![]() |
Wisata Kuliner Indonesia Gen Z (Sumber:Kumparan) |
Daerah yang Ramai Dikunjungi Karena Kuliner
Bandung, Yogyakarta, dan Malang Jadi Favorit
Kota-kota seperti Bandung, Yogyakarta, dan Malang menjadi magnet wisata kuliner Gen Z. Selain karena banyaknya pilihan kuliner lokal, kota-kota ini juga menyediakan tempat-tempat makan yang estetik, murah, dan mudah dijangkau dengan transportasi umum.
Destinasi Kuliner Baru Bermunculan
Tren ini juga mendorong munculnya destinasi kuliner baru di luar kota besar. Misalnya, Pasar Lama Tangerang, kawasan Pecinan di Semarang, atau kafe hidden gem di desa-desa wisata. Gen Z senang menemukan tempat makan yang belum viral sebagai bentuk penemuan pribadi.
Dampak Ekonomi dan Potensi UMKM
UMKM Kuliner Meningkatkan Daya Saing
Lonjakan minat Gen Z terhadap wisata kuliner turut berdampak positif bagi UMKM. Banyak pelaku usaha makanan kecil yang berkembang pesat karena viral di media sosial. Ini membuka peluang ekonomi baru, terutama di daerah yang sebelumnya tidak dikenal sebagai destinasi wisata.
Inovasi Produk dan Branding yang Lebih Menarik
UMKM yang mengikuti tren Gen Z mulai mengubah pendekatan pemasaran mereka—dari desain kemasan yang lebih estetik hingga kehadiran aktif di Instagram dan TikTok. Kolaborasi dengan influencer lokal atau menyediakan spot foto di tempat makan juga menjadi strategi jitu menarik perhatian konsumen muda.
Masa Depan Wisata Kuliner di Tangan Gen Z
Gen Z membawa angin segar bagi dunia wisata kuliner Indonesia. Mereka mendorong pelaku usaha untuk berinovasi, memperkuat budaya lokal lewat makanan, dan membuka pasar kuliner yang dinamis, inklusif, dan modern.
Dengan kemampuan mereka untuk menggabungkan selera, teknologi, dan nilai-nilai personal, Gen Z tak hanya menjadi konsumen kuliner, tapi juga aktor utama yang membentuk wajah baru wisata makanan Indonesia.
(Artikel ini ditulis oleh Jenia)