Tempat Wisata Sejarah di Luar Pulau Jawa yang Terlupakan
Wayah Sinau - Indonesia adalah negeri yang kaya akan sejarah. Namun, jika kita bicara tentang wisata sejarah, perhatian publik masih terpusat di Pulau Jawa—mulai dari Candi Borobudur, Keraton Yogyakarta, hingga Kota Tua Jakarta. Padahal, di luar Pulau Jawa tersimpan banyak jejak sejarah penting yang kini mulai terabaikan, bahkan nyaris terlupakan.
Di balik gemerlap wisata alam Indonesia Timur dan luar Jawa lainnya, terdapat situs-situs bersejarah yang menyimpan kisah perjuangan, perdagangan, hingga warisan peradaban. Sayangnya, minimnya promosi, akses, dan pengelolaan membuat tempat-tempat ini tenggelam dari sorotan.
Benteng Belgica, Banda Neira – Maluku Tengah
Benteng Belgica merupakan peninggalan masa kolonial Belanda yang dibangun pada abad ke-17 di Banda Neira, Maluku Tengah. Dahulu, benteng ini menjadi titik strategis bagi VOC dalam menguasai perdagangan pala dan fuli—komoditas yang sangat berharga di Eropa kala itu.
Dengan struktur berbentuk bintang dan letaknya di atas bukit, pengunjung dapat menikmati pemandangan Pulau Banda dari ketinggian. Sayangnya, potensi wisata sejarah ini belum tergarap maksimal. Fasilitas minim, informasi sejarah kurang memadai, dan wisatawan lokal pun belum banyak mengenalnya.
Benteng Tolukko, Ternate – Maluku Utara
Dibangun oleh Portugis pada tahun 1512 dan kemudian direbut oleh Belanda, Benteng Tolukko di Ternate adalah saksi bisu persaingan antarbangsa Eropa dalam menguasai rempah-rempah. Lokasinya strategis, menghadap langsung ke laut dan Gunung Gamalama.
Meski bentuk bangunan masih cukup terawat, kunjungan wisatawan masih tergolong rendah. Padahal benteng ini sangat layak dijadikan ikon wisata sejarah Ternate. Upaya pelestarian dan promosi masih sangat dibutuhkan untuk menghidupkan kembali daya tariknya.
Situs Megalitikum Bori Kalimbuang, Toraja – Sulawesi Selatan
Di Toraja Utara, terdapat situs megalitikum Bori Kalimbuang yang menyimpan tradisi tua masyarakat Toraja. Puluhan menhir batu berdiri kokoh di tengah desa, digunakan sebagai penanda pemakaman dan status sosial para bangsawan.
Situs ini merupakan salah satu yang paling autentik di Indonesia, bahkan masih digunakan hingga kini dalam ritual adat. Sayangnya, keberadaannya kalah populer dibanding objek wisata alam atau budaya lainnya di Toraja. Padahal nilai arkeologis dan sejarahnya sangat tinggi.
Benteng Duurstede, Saparua – Maluku
Benteng Duurstede di Pulau Saparua adalah tempat bersejarah yang tak bisa dilepaskan dari perjuangan Kapitan Pattimura. Di sinilah, Pattimura memimpin perlawanan terhadap pasukan Belanda pada tahun 1817. Benteng ini menyimpan banyak kisah heroik rakyat Maluku dalam melawan kolonialisme.
Meski secara fisik masih berdiri, kondisi benteng dan lingkungannya kurang diperhatikan. Informasi sejarah tidak tersedia secara lengkap, dan hanya sedikit wisatawan yang datang ke lokasi ini.
Tambang Emas Tua, Minahasa – Sulawesi Utara
Tambang emas tua di Minahasa, khususnya di daerah Ratatotok dan Talawaan, merupakan sisa kejayaan eksploitasi emas sejak era kolonial. Jejaknya masih bisa dilihat dari sisa-sisa peralatan tambang dan terowongan yang belum runtuh.
Alih-alih dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah atau edukatif, daerah ini justru lebih dikenal karena aktivitas tambang aktif dan konflik lahan. Padahal, jika dikelola baik, kawasan ini bisa menjadi contoh wisata sejarah yang edukatif dan unik.
Mengapa Terlupakan?
Sebagian besar tempat wisata sejarah di luar Pulau Jawa menghadapi tantangan serupa: keterbatasan akses, promosi yang lemah, dan kurangnya perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat. Banyak situs bahkan tidak memiliki papan informasi sejarah, pemandu lokal, atau fasilitas dasar bagi wisatawan.
Selain itu, ketergantungan pada wisata alam dan budaya yang lebih mudah dijual secara visual menyebabkan wisata sejarah tersisih. Tanpa narasi yang kuat dan pengalaman yang dikemas menarik, objek-objek ini sulit bersaing dalam pasar pariwisata digital masa kini.
![]() |
Membangkitkan wisata sejarah luar Pulau Jawa |
Membangkitkan Wisata Sejarah Luar Jawa
Membangkitkan kembali wisata sejarah di luar Pulau Jawa membutuhkan strategi menyeluruh. Promosi digital bisa menjadi kunci utama untuk mengenalkan situs-situs ini ke publik, terutama generasi muda yang aktif di media sosial. Digital storytelling, video dokumenter, hingga tur virtual dapat menjadi langkah awal.
Selain itu, pelatihan pemandu lokal dan pembangunan infrastruktur dasar harus dilakukan. Tidak kalah penting adalah kolaborasi antara pemerintah, akademisi, komunitas sejarah, dan pelaku pariwisata lokal untuk membuat paket wisata tematik yang menjangkau pasar lebih luas.
Menghidupkan Kembali Warisan yang Terlupakan
Wisata sejarah bukan sekadar ziarah masa lalu, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif dan memperkuat identitas bangsa. Ketika tempat-tempat bersejarah ini dibangkitkan kembali dan dirawat dengan baik, kita bukan hanya menyelamatkan warisan budaya, tapi juga membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi lokal melalui pariwisata yang berkelanjutan.
Indonesia adalah negara kepulauan yang penuh cerita. Sudah saatnya kita membuka kembali halaman-halaman sejarah yang tersebar di luar Pulau Jawa—bukan untuk sekadar dikenang, tetapi untuk dirayakan dan dijaga bersama.
(Artikel ini ditulis oleh Jenia)