Jasa Digital Marketing UMKM

Jasa Press Release Portal Berita

Pendidikan Indonesia: Fondasi Masa Depan yang Masih Perlu Dibenahi

Pendidikan Indonesia: Fondasi Masa Depan yang Masih Perlu Dibenahi


Wayah Sinau – Pendidikan selalu menjadi topik krusial dalam pembangunan bangsa. Di atas kertas, Indonesia telah mencanangkan berbagai program dan kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Mulai dari akses pendidikan yang belum merata, kualitas tenaga pengajar, hingga tantangan pembelajaran digital pascapandemi.


Ketimpangan Pendidikan di Tengah Kemajuan

Meskipun angka partisipasi sekolah terus meningkat dari tahun ke tahun, ketimpangan pendidikan antarwilayah masih menjadi masalah utama. Di wilayah perkotaan, fasilitas belajar, akses internet, dan kualitas guru cenderung lebih baik dibandingkan dengan daerah pedesaan atau 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).

“Anak-anak di desa kami masih belajar di ruang kelas berlantaikan tanah dan berdinding papan,” ungkap Sri Hartati, seorang guru SD di Kalimantan Barat. “Kami hanya punya satu proyektor untuk seluruh sekolah, itu pun sering rusak.”

Sementara itu, sekolah-sekolah swasta di kota besar telah menggunakan perangkat canggih, mulai dari papan interaktif hingga kelas hybrid berbasis teknologi cloud. Kesenjangan ini memperkuat jurang kesempatan yang berdampak pada kualitas lulusan.


Tantangan Guru dan Sistem Pengajaran

Guru merupakan elemen sentral dalam pendidikan. Namun, kualitas dan kesejahteraan guru di Indonesia masih menjadi sorotan. Berdasarkan data Kemendikbudristek, lebih dari 30% guru di Indonesia belum memiliki sertifikasi profesi yang sesuai. Banyak dari mereka juga belum mengikuti pelatihan kurikulum terbaru secara menyeluruh.

“Guru dituntut mengajar dengan pendekatan baru, tetapi tidak semua mendapatkan pelatihan yang memadai,” kata Wahyudi, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya.

Selain itu, beban administratif yang tinggi membuat waktu guru untuk fokus pada pengajaran menjadi terbatas. Banyak guru harus mengisi laporan daring, mengurus data Dapodik, hingga mengelola platform pembelajaran digital, di luar jam mengajar mereka.


Pendidikan Indonesia: Fondasi Masa Depan yang Masih Perlu Dibenahi
Pendidikan Indonesia Fondasi Masa depan (Sumber:web sekolah)


Kurikulum dan Relevansi Dunia Nyata

Perubahan kurikulum menjadi agenda rutin dalam sistem pendidikan Indonesia. Kurikulum Merdeka yang diluncurkan pada 2022 menjadi harapan baru untuk memberikan ruang belajar yang fleksibel dan berpusat pada siswa. Sayangnya, implementasi di lapangan belum seragam.

“Konsepnya bagus, tapi pelatihan dan pengawasan masih kurang,” ujar Siti Nurhaliza, kepala sekolah SMP Negeri di Bekasi. “Tidak semua guru paham bagaimana menerapkan proyek profil pelajar Pancasila secara efektif.”

Di sisi lain, kurikulum juga dinilai belum cukup relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Banyak lulusan SMK atau perguruan tinggi yang kesulitan bersaing di pasar tenaga kerja karena minimnya keterampilan praktis. Kolaborasi antara sekolah, perguruan tinggi, dan industri masih belum maksimal.


Digitalisasi Pendidikan: Antara Peluang dan Hambatan

Pandemi COVID-19 telah memaksa dunia pendidikan masuk ke era digital. Banyak sekolah mulai menggunakan platform belajar daring seperti Google Classroom, Zoom, dan LMS lokal. Namun, tidak semua siswa memiliki perangkat dan akses internet yang memadai.

“Anak saya terpaksa meminjam ponsel tetangga untuk ikut kelas daring,” kata Rina, ibu rumah tangga di NTB. “Kalau hujan, sinyal langsung hilang.”

Digitalisasi membuka peluang untuk pembelajaran jarak jauh dan sumber belajar yang lebih luas, tetapi juga memperlihatkan kesenjangan digital. Selain perangkat, kesiapan guru dan orang tua dalam mendampingi anak-anak belajar juga menjadi tantangan tersendiri.


Pendidikan Karakter dan Tantangan Sosial

Pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga soal pembentukan karakter. Namun, berbagai kasus kekerasan di sekolah, perundungan, dan intoleransi yang terus terjadi menunjukkan bahwa pendidikan karakter belum menjadi prioritas utama di semua sekolah.

“Anak-anak belajar matematika dan sains, tapi nilai-nilai seperti empati, toleransi, dan tanggung jawab masih kurang diterapkan,” ujar psikolog pendidikan, Dr. Ayu Pratiwi.

Pendidikan karakter seharusnya tidak hanya menjadi mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan dalam seluruh proses belajar. Guru dan lingkungan sekolah harus menjadi teladan nyata dalam menanamkan nilai-nilai luhur tersebut.


Langkah dan Harapan ke Depan

Meski berbagai masalah masih membayangi, upaya perbaikan terus dilakukan. Pemerintah meluncurkan berbagai program seperti Sekolah Penggerak, Guru Penggerak, hingga Digitalisasi Sekolah. Program ini bertujuan mendorong transformasi dari dalam, dengan melibatkan komunitas pendidikan secara aktif.

Di sisi lain, inisiatif dari masyarakat dan swasta juga mulai tumbuh. Komunitas belajar mandiri, kelas literasi desa, hingga rumah belajar daring menjadi alternatif pendidikan yang menjanjikan. Kemitraan antara dunia pendidikan dan sektor industri juga mulai dibangun dalam bentuk magang, pelatihan, dan dukungan kurikulum vokasi.

Harapan ke depan adalah terciptanya pendidikan yang inklusif, adil, dan adaptif. Pendidikan yang tidak hanya mencetak lulusan cerdas, tetapi juga berkarakter, kritis, dan siap menghadapi perubahan zaman.




Pendidikan adalah jantung dari kemajuan bangsa. Ketika pendidikan dikelola dengan visi yang jelas dan semangat kolaboratif, maka masa depan Indonesia akan lebih cerah. Namun, jika persoalan ketimpangan, kualitas, dan relevansi terus dibiarkan, maka generasi penerus akan menghadapi tantangan yang lebih besar.

Saatnya semua pihak—pemerintah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat—bergerak bersama untuk membangun sistem pendidikan yang benar-benar berpihak pada masa depan anak bangsa.


(Artikel ini ditulis oleh Jenia)

Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang