Kesalahan Branding UMKM Digital yang Sering Terjadi
Wayah Sinau - Di era digital yang serba cepat, UMKM berlomba-lomba membangun branding online agar bisa bersaing dan berkembang. Namun, tidak sedikit yang justru terjebak dalam kesalahan branding yang membuat mereka gagal bersinar. Branding bukan sekadar logo atau warna menarik, tapi tentang bagaimana merek membangun persepsi dan kepercayaan di mata konsumen.
Branding: Kunci Penting di Era Digital
Branding adalah napas bagi setiap bisnis, termasuk UMKM digital. Ia bukan sekadar identitas visual, tapi juga tentang bagaimana pelanggan merasakan nilai, kepercayaan, dan kedekatan dengan bisnis. Sayangnya, masih banyak pelaku UMKM digital yang salah memahami konsep ini.
Beberapa UMKM tergoda untuk buru-buru hadir di media sosial tanpa perencanaan yang matang, menggunakan desain seadanya, atau malah meniru brand lain tanpa punya jati diri yang kuat. Alhasil, usaha mereka tenggelam di tengah persaingan.
Kesalahan Branding UMKM Digital yang Sering Terjadi
1. Tidak Memiliki Brand Identity yang Konsisten
Salah satu kesalahan paling umum adalah inkonsistensi. Banyak UMKM digital yang mengganti-ganti logo, warna, gaya bahasa, bahkan nama produk tanpa arah. Padahal, konsistensi adalah kunci agar audiens mengenali dan mengingat merek.
Misalnya, jika di Instagram menggunakan tone kasual namun di website tampil formal, hal ini akan membingungkan calon pelanggan. Branding yang tidak konsisten membuat kesan tidak profesional.
2. Mengabaikan Nilai Unik Produk (Unique Selling Proposition)
Setiap produk harus punya keunikan, atau setidaknya cerita yang membedakannya dari kompetitor. Sayangnya, banyak UMKM hanya fokus menjual, bukan membangun makna di balik produk. Tanpa USP yang jelas, produk jadi sulit diingat.
Contohnya, usaha keripik pedas yang hanya menonjolkan “pedasnya” tanpa menceritakan keunikan rasa, bahan lokal, atau cerita di balik resep keluarga, akan kalah dengan ratusan produk serupa di marketplace.
3. Asal-asalan Membuat Logo dan Desain Visual
Logo yang terlalu rumit, sulit terbaca, atau bahkan mirip merek lain justru bisa menurunkan kepercayaan konsumen. Branding visual yang buruk memberi kesan bisnis tidak profesional atau tidak serius. Banyak UMKM mengandalkan desain gratis tanpa memahami makna dan kekuatan visual dalam memengaruhi keputusan beli.
Padahal, desain yang sederhana namun kuat secara psikologis bisa melekat lebih lama di benak pelanggan. Branding visual bukan soal tren, tapi tentang strategi.
4. Tidak Aktif Berinteraksi di Media Sosial
Media sosial adalah kanal utama branding digital. Namun, banyak UMKM yang hanya posting tanpa berinteraksi. Tidak menjawab komentar, tidak membalas pesan, atau bahkan posting terlalu jarang adalah kesalahan besar.
Brand yang responsif dan humanis lebih disukai. Interaksi menciptakan kedekatan, membangun loyalitas, dan memperkuat citra positif.
5. Meniru Brand Lain Secara Mentah
Inspirasi boleh, tapi meniru mentah-mentah adalah bumerang. Beberapa UMKM menggunakan gaya branding dari brand besar tanpa mengadaptasinya sesuai identitas bisnis sendiri. Akibatnya, brand mereka terlihat seperti tiruan dan kehilangan kredibilitas.
Brand yang kuat harus otentik. Justru keunikan dan kejujuran yang menjadi nilai jual UMKM digital di mata konsumen saat ini.
6. Mengabaikan Website dan Strategi SEO
Banyak UMKM digital terlalu fokus pada media sosial dan lupa membangun aset digital yang lebih stabil, seperti website. Padahal, website adalah pusat informasi yang kredibel dan bisa meningkatkan visibilitas melalui pencarian organik.
Tanpa website dan SEO yang baik, UMKM sulit muncul di halaman pencarian. Ini berarti kehilangan potensi pelanggan yang mencari produk secara langsung di Google.
7. Tidak Menyampaikan Brand Story
Cerita adalah fondasi emosional dari sebuah brand. Konsumen tidak hanya membeli produk, tapi juga nilai dan cerita di baliknya. UMKM yang tidak menyampaikan brand story cenderung kehilangan peluang membangun koneksi emosional.
Ceritakan bagaimana usaha dibangun, tantangan yang dihadapi, nilai-nilai yang dipegang, atau bagaimana produk berdampak pada masyarakat sekitar. Cerita yang menyentuh akan melekat lebih lama.
![]() |
Kesalahan Branding UMKM Digital (Sumber: SMS finance) |
Lalu, Bagaimana Seharusnya?
Pelaku UMKM digital sebaiknya memulai dengan membangun fondasi branding yang kuat:
- Tentukan visi dan misi usaha.
- Rancang identitas visual yang sederhana namun bermakna.
- Buat panduan brand (brand guideline) untuk menjaga konsistensi.
- Fokus pada cerita dan nilai jual yang membedakan produk.
- Bangun komunikasi yang humanis dan aktif di berbagai platform.
- Jangan lupakan kekuatan SEO dan kehadiran digital di luar media sosial.
Branding bukan soal mahal atau tidak, tapi soal kejelasan arah dan konsistensi dalam eksekusi.
Branding Bukan Pelengkap, Tapi Pondasi
Dalam dunia digital yang kompetitif, branding bukan lagi opsi, melainkan kebutuhan dasar. UMKM digital yang ingin naik kelas harus berani membenahi cara mereka membangun citra, baik secara visual maupun naratif.
Kesalahan branding bisa membuat produk sebaik apa pun jadi tak terlihat. Maka, sebelum fokus pada penjualan, perbaiki dulu bagaimana merek Anda ingin dikenali dan dirasakan oleh publik.
(Artikel ini ditulis oleh Jenia)