Jasa Digital Marketing UMKM

Jasa Press Release Portal Berita

Tidak Paham Etika di Dunia Online Bisa Berujung Masalah Serius

ilustrasi-sosial-media
Ilustrasi Sosial Media (Sumber: Unsplash)


Wayah Sinau - Apa yang terjadi jika seseorang bertindak semaunya di dunia maya? Dari menyebar hoaks, mencela orang lain, hingga menyalahgunakan informasi pribadi—semuanya punya konsekuensi nyata.

Kemajuan teknologi membawa banyak kemudahan. Tapi di balik layar ponsel dan laptop, ada satu hal yang sering terlupakan: etika digital. Sayangnya, tidak sedikit pengguna internet di Indonesia yang belum memahami batas-batas perilaku yang layak di ruang digital. 

Akibatnya, internet yang seharusnya menjadi ruang berbagi pengetahuan, malah dipenuhi ujaran kebencian, perundungan siber, dan pelanggaran privasi.


Ketika Internet Jadi Medan Ujaran dan Kebencian

Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, dalam lima tahun terakhir, ribuan konten bermuatan negatif telah diblokir karena melanggar norma dan hukum yang berlaku. 

Dari penyebaran berita bohong (hoaks), body shaming di media sosial, hingga peretasan akun pribadi—semuanya menunjukkan minimnya kesadaran terhadap etika dalam berkomunikasi digital.


Apa Itu Etika Digital dan Mengapa Penting?

Etika digital adalah pedoman moral dalam menggunakan teknologi dan internet. Ini mencakup hal-hal seperti menghargai privasi orang lain, tidak menyebarkan informasi palsu, berbicara sopan di ruang publik maya, dan tidak mengambil konten tanpa izin.

Banyak orang berpikir, karena kita berada di balik layar, maka bebas berkata apa saja. Padahal, hukum tetap berlaku di dunia maya. Literasi digital bukan cuma soal tahu cara menggunakan teknologi, tapi juga tentang bagaimana menggunakannya secara bertanggung jawab.


ilustrasi-seseorang-bermain-handphone
Ilustrasi Seseorang Bermain Handphone (Sumber: Unsplash)

Tidak Hanya Salah, Tapi Bisa Masuk Penjara

Pelanggaran etika digital bukan cuma soal ‘tidak sopan’, tapi bisa berujung pada konsekuensi hukum. 

UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) mencakup berbagai pelanggaran di dunia maya, termasuk pencemaran nama baik, penyebaran hoaks, hingga konten pornografi.

Contoh nyata adalah kasus yang menimpa seorang mahasiswa di Surabaya yang tanpa sadar menyebarkan meme berisi fitnah politik. 

Akibatnya, ia harus berurusan dengan aparat penegak hukum karena dilaporkan oleh pihak yang merasa dirugikan. Kadang pelaku tidak menyadari bahwa jejak digital itu abadi. Sekali unggah, bisa sulit dihapus.


Literasi Digital Sejak Dini

Kunci utama agar masyarakat lebih bijak di dunia maya adalah edukasi sejak dini. Sekolah perlu memasukkan pelajaran etika digital sebagai bagian dari kurikulum. 

Orang tua pun perlu mendampingi anak-anak saat berselancar di internet. Tak kalah penting, platform digital juga harus aktif mengedukasi dan menindak pelanggaran. 

Beberapa aplikasi kini sudah memiliki fitur laporan otomatis dan filter konten, tapi itu belum cukup tanpa kesadaran dari penggunanya sendiri.

Kita butuh budaya digital yang sehat. Sama seperti di dunia nyata, kita butuh aturan dan rasa hormat terhadap orang lain.



Internet Adalah Cermin Karakter Kita

Di era serba digital ini, identitas kita di internet tidak bisa dipisahkan dari identitas kita di dunia nyata. 

Apa yang kita bagikan, komentar yang kita tulis, bahkan apa yang kita ‘like’—semuanya mencerminkan siapa kita sebenarnya.

Etika bukanlah batasan, melainkan panduan agar ruang digital tetap aman, nyaman, dan membangun. Jangan sampai kebebasan berbicara di internet justru menjadi bumerang bagi kita sendiri.

Karena pada akhirnya, dunia online bukanlah dunia tanpa hukum—melainkan ruang di mana etika justru makin dibutuhkan.


(Artikel ini ditulis oleh Arina)

Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang