Jasa Digital Marketing UMKM

Jasa Press Release Portal Berita

Pelestarian Budaya Maritim di Tengah Krisis Iklim: Warisan Laut yang Terancam

 

Budaya Maritim

Wayah Sinau - Ketika krisis iklim menerpa wilayah pesisir, yang hilang bukan hanya daratan dan ekosistem. Di balik itu semua, budaya maritim Indonesia ikut tergerus—perlahan tapi pasti.

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan kekayaan budaya maritim yang luar biasa. Budaya ini bukan sekadar kebiasaan turun-temurun, tetapi menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat pesisir. Sayangnya, krisis iklim yang kian nyata kini mengancam keberlanjutan warisan tersebut.


Budaya Maritim yang Tak Hanya Soal Laut

Budaya maritim mencakup lebih dari sekadar aktivitas nelayan. Ia mencakup sistem kepercayaan, ritual adat, pengetahuan tradisional tentang laut, serta nilai-nilai sosial yang tumbuh dari kedekatan manusia dengan lautan. Di berbagai daerah seperti Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, praktik-praktik seperti Sasi Laut—aturan adat yang melarang pengambilan sumber daya laut untuk jangka waktu tertentu—telah menjadi bagian dari tata kelola lokal selama berabad-abad.

Namun kini, praktik semacam itu mulai ditinggalkan. Perubahan iklim menyebabkan naiknya permukaan air laut, abrasi pantai, dan cuaca ekstrem yang mengacaukan musim melaut. Pengetahuan lokal menjadi semakin sulit diterapkan dalam kondisi yang tak lagi stabil.


Krisis Iklim, Krisis Budaya

Krisis Iklim, Krisis Budaya
Gambar:Krisis Iklim dan Krisis Budaya

Di pesisir Sulawesi Utara, beberapa desa kehilangan tanah mereka akibat abrasi. Tempat-tempat yang dulu menjadi lokasi upacara adat kini tenggelam atau rusak. Nelayan seperti La Nika dari Wakatobi mengaku bahwa mereka tidak lagi bisa memprediksi musim. “Dulu kami tahu kapan harus ke laut hanya dengan melihat bintang dan angin. Sekarang semua tak bisa ditebak,” ujarnya.

Bukan hanya tempat dan pengetahuan yang hilang, tetapi juga bahasa, lagu-lagu rakyat, dan kisah-kisah leluhur yang berakar dari laut mulai jarang diceritakan. Tanpa upaya pelestarian, budaya maritim bisa benar-benar punah dalam satu generasi.


Inisiatif Lokal: Menjaga Warisan di Tengah Ancaman


Di tengah tantangan tersebut, muncul berbagai upaya dari masyarakat lokal. Di Pulau Kaledupa, kelompok perempuan Bajo membentuk komunitas belajar yang mengajarkan lagu-lagu laut, cerita rakyat, dan navigasi tradisional kepada anak-anak mereka. “Kami ingin anak-anak tetap tahu asal mereka, walau laut berubah,” kata Nurlaela, salah satu pendiri komunitas.

Festival budaya laut, dokumentasi cerita lisan, serta pelatihan pewarisan budaya mulai dijalankan oleh berbagai komunitas dan lembaga lokal. Meski skalanya masih kecil, inisiatif semacam ini penting untuk memastikan bahwa budaya maritim tetap hidup dan relevan.


Budaya Maritim dalam Adaptasi Iklim

Melibatkan komunitas lokal, mendukung praktik tradisional yang berkelanjutan, serta mengintegrasikan kearifan lokal dalam perencanaan pembangunan pesisir adalah langkah penting untuk menjaga ketahanan masyarakat di masa depan.



Pelestarian budaya maritim bukan hanya soal menjaga masa lalu, tetapi juga soal menyiapkan masa depan. Dalam menghadapi krisis iklim yang semakin mendesak, menjaga budaya maritim berarti menjaga identitas, kearifan, dan daya tahan masyarakat pesisir. Jika laut adalah ibu bagi masyarakat pesisir, maka budaya maritim adalah ingatan kolektif yang tak boleh dilupakan.


(Artikel ini ditulis oleh Jenia)

Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang