Jasa Digital Marketing UMKM

Jasa Press Release Portal Berita

Media Sosial dan Gen Z: Antara Tantangan dan Peluang dalam Dunia Pendidikan

Media sosial dan Gen Z


Wayah Sinau - Di era digital yang serba cepat, media sosial tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga telah merambah dunia pendidikan, khususnya bagi Generasi Z.

 Sebagai generasi yang tumbuh bersama teknologi, Gen Z menggunakan platform seperti YouTube, TikTok, hingga Instagram sebagai bagian dari gaya belajar mereka.


 Namun, apakah pemanfaatan media sosial ini benar-benar membantu pembelajaran atau justru menjadi gangguan?


Media Sosial dan Karakteristik Belajar Gen Z

Generasi Z—kelahiran pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an—merupakan kelompok yang tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Akses internet cepat dan smartphone menjadi bagian dari keseharian mereka, termasuk dalam proses belajar. Ketimbang membaca buku tebal, mereka lebih suka menonton video penjelasan, mengikuti akun edukatif, atau berdiskusi melalui forum digital.


Di sinilah media sosial berperan besar. YouTube menyediakan konten pembelajaran mulai dari matematika hingga psikologi. TikTok menyajikan tips belajar, trik ujian, hingga pengantar teori sulit dalam durasi singkat yang mudah dicerna. Instagram pun tak ketinggalan, digunakan untuk berbagi infografik, quote inspiratif, hingga jadwal belajar.


Transformasi Gaya Belajar di Era Digital

Dibandingkan dengan metode konvensional, gaya belajar Gen Z lebih interaktif, visual, dan instan. Mereka mengandalkan media sosial untuk mencari materi tambahan, memahami topik sulit, bahkan menemukan komunitas belajar. Ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan fleksibel.


Pendidikan tidak lagi terbatas pada ruang kelas. Siswa bisa belajar kapan saja, di mana saja. Bahkan, media sosial mendorong lahirnya komunitas pembelajar yang aktif, di mana mereka saling berbagi ide, bertukar pemahaman, dan belajar secara kolaboratif.


Resiko dan juga peluang yang harus diwaspadai sama Gen Z (sumber: IDN times)


Peluang dan Risiko yang Harus Diwaspadai

Meski membawa banyak kemudahan, penggunaan media sosial dalam pendidikan bukan tanpa risiko. Banyak konten edukatif tidak memiliki sumber yang valid. Penyebaran informasi palsu, bias algoritma, dan distraksi dari konten hiburan bisa mengganggu fokus belajar.


Kecanduan terhadap media sosial juga menjadi tantangan tersendiri. Siswa bisa dengan mudah teralihkan oleh notifikasi, tren viral, atau fitur hiburan lain. Di sinilah pentingnya kemampuan literasi digital untuk menyaring informasi dan mengelola waktu secara efektif.


Peran Penting Guru dan Institusi Pendidikan

Peran guru dan sekolah tidak lantas berkurang. Justru, mereka perlu beradaptasi dengan perubahan ini. Alih-alih melarang penggunaan media sosial, guru bisa mengarahkan siswa memanfaatkannya secara produktif. Misalnya, dengan membuat tugas berbasis konten digital atau menyarankan kanal YouTube edukatif yang relevan.


Institusi pendidikan juga dapat menyediakan pelatihan literasi digital agar siswa dapat memilah informasi yang kredibel, memahami etika bermedia, dan menjaga keseimbangan antara hiburan dan pembelajaran.



Menjadikan Media Sosial sebagai Mitra Pendidikan

Media sosial telah membuka peluang besar dalam dunia pendidikan, terutama bagi generasi yang tumbuh bersamanya. Namun, untuk mendapatkan manfaat maksimal, diperlukan pengawasan, literasi, dan strategi yang tepat. Dengan pendekatan adaptif dan edukatif, media sosial bukan lagi pengganggu belajar, melainkan mitra strategis dalam menciptakan pengalaman pendidikan yang lebih relevan dan dinamis bagi Gen Z.


(Artikel ini ditulis oleh Jenia)

Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang