Jejak Kejayaan Majapahit di Jawa Timur: Destinasi Sejarah Wajib untuk Pecinta Nusantara
Wayah Sinau - Siapa sangka, di balik hamparan sawah dan permukiman asri di Mojokerto, tersembunyi kisah kejayaan peradaban besar Nusantara—Kerajaan
Majapahit. Kawasan Trowulan di Jawa Timur menjadi saksi bisu kemegahan kerajaan yang pernah menguasai hampir seluruh Asia Tenggara ini. Tak heran jika
tempat ini kini menjadi destinasi favorit wisata budaya Jawa Timur, baik bagi pelajar, keluarga, hingga peneliti sejarah.
Trowulan: Pusat Peradaban Majapahit yang Terjaga
Trowulan, sebuah kecamatan kecil di Kabupaten Mojokerto, dipercaya sebagai bekas ibu kota Kerajaan Majapahit. Di sini, wisatawan akan disambut oleh berbagai
peninggalan arkeologi yang masih terawat dengan baik—mulai dari candi, kolam, hingga sisa-sisa bangunan kuno yang sarat cerita masa lalu.
Candi Tikus: Jejak Pemandian Para Bangsawan
Salah satu peninggalan Majapahit yang paling populer adalah Candi Tikus. Situs ini berupa kolam pemandian yang diperkirakan digunakan oleh keluarga kerajaan untuk
membersihkan diri sebelum melakukan ritual keagamaan. Arsitekturnya unik dengan saluran air bawah tanah, mencerminkan kecanggihan teknologi hidrologi masa itu.
Candi Bajang Ratu: Gerbang Megah Menuju Masa Silam
Tak jauh dari Candi Tikus, berdiri gagah Candi Bajang Ratu. Gapura setinggi 16,5 meter ini diyakini sebagai pintu gerbang utama menuju kompleks istana kerajaan.
Relief-relief cantik di dinding gapura menggambarkan cerita pewayangan, sebuah warisan budaya Jawa yang tetap hidup hingga kini.
Kolam Segaran: Kolam Raksasa Peninggalan Majapahit
Kolam Segaran, kolam air raksasa seluas hampir 8 hektare, juga menjadi daya tarik utama. Konon, kolam ini digunakan untuk rekreasi para bangsawan Majapahit.
Tempat ini kini sering dijadikan lokasi piknik santai oleh wisatawan yang ingin menikmati udara sejuk pedesaan Mojokerto. "Setiap kali ke sini, rasanya seperti
kembali ke masa lampau. Suasananya tenang dan penuh aura sejarah," ujar Dwi (28), seorang wisatawan asal Surabaya.
![]() |
Wisata situs trowulan Peninggalan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur (Sumber kostisolo) |
Museum Trowulan: Menyimpan Ribuan Peninggalan Majapahit
Bagi yang ingin menyelami lebih dalam soal peradaban Majapahit, Museum Trowulan adalah destinasi wajib. Museum ini menampilkan ribuan artefak
peninggalan Majapahit seperti gerabah, alat pertanian, senjata kuno, hingga replika bangunan khas kerajaan. Penataan ruang pamer yang modern membuat generasi
muda lebih mudah memahami perjalanan sejarah panjang kerajaan ini. Tak heran, menurut Dinas Pariwisata Jawa Timur, kunjungan wisata budaya Jawa Timur di situs
Trowulan meningkat sekitar 15% setiap tahun, terutama pada musim liburan dan akhir pekan panjang.
Peluang Besar Pengembangan Wisata Sejarah
Menurut Dr. Rina Astuti, sejarawan dari Universitas Negeri Malang, Trowulan adalah situs kerajaan Nusantara terbesar yang masih bisa dipelajari secara langsung. "Ini
adalah aset luar biasa yang jarang dimiliki negara-negara Asia Tenggara lainnya," jelasnya. Budi Santoso, pakar pariwisata lokal, juga melihat potensi besar dari
peninggalan Majapahit ini. "Jika dikelola lebih kreatif, misalnya lewat event budaya tahunan atau tur virtual, pasti bisa menarik minat generasi muda dan wisatawan mancanegara," katanya.
Upaya Peningkatan Fasilitas Terus Dilakukan
Pihak pengelola situs pun terus berbenah. Menurut Siti Lestari, staf Museum Majapahit, beberapa fasilitas
telah diperbarui, seperti penambahan papan informasi digital, jalur khusus difabel, serta area spot foto yang instagramable.
Masa Depan Cerah Wisata Budaya Jawa Timur
Melihat tingginya minat masyarakat, wisata budaya Jawa Timur, khususnya di kawasan Trowulan, diprediksi akan semakin berkembang. Promosi lewat media
sosial dan pembuatan konten kreatif bisa menjadi kunci untuk menarik wisatawan lebih luas. Jadi, jika Anda ingin menyusuri jejak kejayaan Majapahit di Jawa Timur
sambil menikmati udara segar Mojokerto, jangan ragu untuk memasukkan Trowulan dalam daftar liburan Anda berikutnya.
Tempat ini bukan hanya menawarkan wisata sejarah, tapi juga pengalaman budaya yang tak ternilai.
Artikel ini ditulis oleh Ika Kurnia Sari, Team Internship Wayah Sinau Web ID