Jasa Digital Marketing UMKM

Jasa Press Release Portal Berita

Apakah Pendidikan Bisa Menghapus Kesenjangan Sosial di Indonesia?

Apakah Pendidikan Bisa Menghapus Kesenjangan Sosial di Indonesia?
(Sumber: Kompas)

Wayah SinauDi balik kemajuan ekonomi dan digitalisasi yang masif, kesenjangan sosial di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang kompleks. 

Ketimpangan ini tidak hanya tercermin dari jurang kaya dan miskin, tetapi juga dari disparitas akses pendidikan, kualitas pengajaran, hingga peluang masa depan bagi anak-anak dari berbagai latar belakang. 

Pertanyaannya, apakah pendidikan cukup kuat untuk menjadi jembatan penghapus ketimpangan sosial yang telah mengakar?

Dengan lebih dari 50 juta peserta didik dan lebih dari 300.000 satuan pendidikan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadikan pendidikan sebagai motor utama perubahan sosial. 

Namun realita di lapangan kerap menunjukkan bahwa akses belum selalu berarti kesetaraan. Di sinilah tantangan utama pendidikan kita bermuara.


Ketimpangan yang Tak Hanya Tentang Sekolah

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah masih timpang antarwilayah. 

Di DKI Jakarta, Angka Partisipasi Sekolah (APS) usia 16–18 tahun mencapai 72,10 persen. Namun, di Nusa Tenggara Timur, Mencapai 69,63 persen.

Masalah tak berhenti pada angka. Fasilitas yang minim, keterbatasan tenaga pengajar, dan akses teknologi yang tidak merata turut memperparah jurang ketimpangan. 

Di wilayah terpencil, satu guru bisa merangkap mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus. Di sisi lain, sekolah di perkotaan justru mulai menerapkan teknologi AI dalam pembelajaran.



Apakah Pendidikan Bisa Menghapus Kesenjangan Sosial di Indonesia?
Kesenjangan Sosial (Sumber: Celebesmedia)

Menghapus Kesenjangan Lewat Kolaborasi dan Reorientasi Kebijakan

Penghapusan kesenjangan sosial melalui pendidikan bukanlah pekerjaan satu malam. Ia menuntut reorientasi kebijakan, dari yang bersifat administratif menjadi kebijakan yang transformatif. 

Pemerintah perlu menjamin bahwa anggaran pendidikan benar-benar menyentuh wilayah terpinggirkan, bukan hanya menyuplai kota-kota besar.

Di sisi lain, kolaborasi dengan komunitas lokal, organisasi non-profit, dan sektor swasta juga memegang peranan penting. 

Program beasiswa, pengadaan akses internet, serta pelatihan guru yang berkelanjutan adalah bagian dari puzzle besar menuju keadilan pendidikan.

Cerita dari program "Rumah Belajar Mandiri" di Pesisir Barat Lampung bisa menjadi contoh. Program ini melibatkan relawan mahasiswa untuk mendampingi anak-anak nelayan belajar secara rutin. 

Hasilnya, dalam dua tahun, terjadi peningkatan partisipasi pendidikan sebesar 27 persen di wilayah tersebut.

Membangun Pendidikan yang Memanusiakan dan Membebaskan

Apakah pendidikan bisa menghapus kesenjangan sosial? Jawabannya: bisa, tapi tidak dengan sendirinya

Pendidikan hanya akan menjadi alat perubahan jika dirancang sebagai ruang untuk memanusiakan, bukan sekadar mendidik.

Untuk itu, diperlukan pendekatan yang berbasis kesetaraan, bukan sekadar pemerataan. Pendidikan yang membebaskan adalah yang memberi ruang bagi setiap individu untuk berkembang tanpa terkekang latar belakang sosialnya. 

Indonesia tidak kekurangan potensi, hanya perlu arah dan komitmen yang konsisten untuk memastikan setiap anak, di manapun mereka lahir, memiliki kesempatan yang setara untuk tumbuh dan maju.



(Artikel ini ditulis oleh Arina)
Paket Outbound Perusahaan di Batu Malang