Apa Itu Digital Native? Mengapa Gen Z Masuk Kategori Ini
![]() |
Gen Z dan Sosial Media (Sumber: Unsplash) |
Wayah Sinau - Generasi Z tumbuh dalam dekapan teknologi. Sejak usia dini, mereka telah akrab dengan internet, media sosial, dan perangkat digital. Inilah yang membuat mereka dijuluki sebagai "digital native." Tapi apa sebenarnya arti istilah ini?
Mengapa Gen Z begitu identik dengan dunia digital, dan bagaimana pengaruhnya terhadap cara mereka belajar, bekerja, dan bersosialisasi?
Definisi Digital Native dan Asal Usulnya
Istilah digital native pertama kali diperkenalkan oleh Marc Prensky pada tahun 2001 dalam artikelnya berjudul Digital Natives, Digital Immigrants. Ia membedakan dua kelompok masyarakat digital:
Digital native: mereka yang lahir dan tumbuh di era digital
Digital immigrant: mereka yang lahir di era analog dan harus beradaptasi dengan teknologi
Digital native adalah individu yang sejak kecil telah terbiasa menggunakan perangkat digital seperti komputer, internet, dan smartphone.
Bagi mereka, teknologi bukan sekadar alat bantu, melainkan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Mengapa Gen Z Termasuk Digital Native?
Gen Z—generasi yang lahir antara 1997 hingga 2012—lahir di era saat koneksi internet sudah menjadi kebutuhan pokok.
Mereka tidak mengalami hidup tanpa Google, YouTube, atau media sosial. Beberapa ciri yang menjadikan Gen Z sebagai digital native:
Multitasking Digital: Mereka terbiasa membuka beberapa aplikasi sekaligus: mendengarkan musik, sambil chatting, sambil mengerjakan tugas.
Komunikasi Visual dan Instan: Lebih suka berkomunikasi lewat emoji, stiker, meme, dan video pendek.
Akses Informasi Cepat: Lebih nyaman menonton tutorial di YouTube atau TikTok ketimbang membaca buku manual.
Kesadaran Identitas Digital: Mereka sadar bahwa apa yang dibagikan secara online membentuk citra diri mereka.
Menurut data dari We Are Social 2024, 96% Gen Z Indonesia menggunakan internet aktif, dan 85% memiliki lebih dari dua akun media sosial. Ini memperkuat identitas digital mereka.

Gen Z dan Handphone (Sumber: Unsplash)
Bagaimana Digital Native Belajar?

Sebagai digital native, Gen Z memiliki gaya belajar yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka cenderung:
Menyukai pembelajaran berbasis visual seperti video dan infografik
Menuntut pengalaman belajar yang interaktif dan personal
Mengandalkan pencarian daring sebagai sumber utama informasi
Dampak di Dunia Kerja
Dalam dunia kerja, Gen Z membawa ekspektasi baru terhadap lingkungan kerja:
Mengharapkan fleksibilitas dan kerja jarak jauh
Menggunakan alat kolaborasi digital seperti Slack, Notion, atau Zoom
Memiliki kecepatan adaptasi tinggi terhadap tools baru
Gen Z cepat belajar, tapi mereka juga menginginkan makna dari pekerjaan mereka. Teknologi bagi mereka bukan beban, melainkan jembatan.
Tantangan dan Risiko Menjadi Digital Native
Meski terlihat melek teknologi, menjadi digital native tidak selalu berarti melek digital secara menyeluruh. Beberapa tantangan yang dihadapi:
Overexposure terhadap konten negatif dan informasi palsu
Kecanduan layar dan dampaknya pada kesehatan mental
Kurangnya literasi digital, termasuk kemampuan membedakan sumber informasi yang kredibel
Fenomena "doomscrolling" (terus-menerus menelusuri berita buruk) dan FOMO (Fear of Missing Out) kerap menimpa Gen Z. Oleh karena itu, edukasi mengenai literasi digital sangat dibutuhkan.
Digital Native dan Perubahan Sosial
Pengaruh digital native juga terasa dalam ranah sosial dan budaya:
Budaya cancel culture, viralitas, dan trend TikTok adalah bagian dari dinamika sosial digital
Pembentukan opini publik seringkali lebih dipengaruhi oleh influencer daripada institusi
Isu sosial seperti iklim, hak digital, dan inklusivitas menjadi perhatian utama Gen Z
Dalam banyak kasus, Gen Z menggunakan teknologi untuk mendukung kampanye sosial, seperti #StopCyberbullying dan #MentalHealthAwareness.
Mengapa Pemahaman tentang Digital Native Penting?
Pendidikan: Kurikulum dan metode pembelajaran perlu disesuaikan
Industri: Strategi pemasaran dan budaya kerja mesti ramah Gen Z
Pemerintahan: Edukasi digital harus diperluas untuk mengurangi kesenjangan literasi
Digital native, terutama Gen Z, adalah wajah masa depan. Mereka hidup, belajar, dan bekerja dalam dunia digital yang terus berubah. Teknologi bukan sekadar alat, melainkan ruang sosial tempat mereka tumbuh.
Namun, kemampuan teknis perlu diimbangi dengan kesadaran kritis. Literasi digital, etika berinternet, dan kemampuan berpikir analitis harus menjadi bekal utama.
Karena menjadi digital native adalah potensi luar biasa—selama diarahkan dengan bijak.
(Artikel ini ditulis oleh Arina)