7 Oleh-Oleh Makanan Khas Jogja Paling Dicari Wisatawan, Wajib Bawa Pulang!
Wayah Sinau - Yogyakarta tak hanya memikat lewat pesona budaya dan sejarahnya, tapi juga lewat ragam kuliner lezat yang siap dibawa pulang. Setiap
sudut kota ini menawarkan oleh-oleh makanan khas Jogja yang menggugah selera. Dari rasa manis, gurih, hingga unik dan kekinian, semuanya bisa Anda
temukan di sini. Jika berlibur ke Jogja, rasanya tak lengkap tanpa membawa pulang cemilan khas Jogja ini.
Berikut adalah rekomendasi 7 oleh-oleh makanan khas Jogja paling populer dan wajib Anda masukkan dalam daftar belanja:
1. Bakpia Pathok – Ikon Oleh-Oleh Jogja
Siapa yang tak kenal Bakpia Pathok? Snack khas Jogja ini sudah jadi ikon oleh-oleh sejak puluhan tahun silam. Bentuknya bulat mungil dengan aneka
isian semacam kacang hijau, keju, cokelat, sampai green tea. Kelezatan bakpia ini membuatnya selalu jadi incaran wisatawan dari berbagai kota.
Harganya pun terjangkau, mulai dari Rp25.000 per kotak isi 10-15 biji. Anda bisa mendapatkannya dengan mudah di Jalan Malioboro atau di pusat oleh-oleh ternama seperti Bakpia Pathok 25.
2. Geplak – Manis Legit Khas Jogja
Bagi pecinta rasa manis, Geplak adalah pilihan tepat. Terbuat dari kelapa parut dan gula, kue ini menawarkan cita rasa manis legit yang khas. Warnanya yang
cerah juga menambah daya tarik sebagai buah tangan. Harga Geplak sangat terjangkau, dekat Rp15.000 per bungkus, dan awet hingga dua minggu. Bisa dibeli di Pasar Beringharjo maupun sentra oleh-oleh di Bantul.
3. Gudeg Kaleng – Solusi Praktis Pecinta Gudeg
Tak sempat makan gudeg langsung di Jogja? Tenang, sekarang ada Gudeg Kaleng yang tahan lama hingga 12 bulan. Isinya komplet: gudeg, krecek, sambal
goreng, semuanya dikemas dalam kaleng yang praktis dibawa pulang. Harganya mulai dari Rp35.000 per kaleng, tersedia di toko oleh-oleh Malioboro atau pusat gudeg Wijilan.
4. Yangko – Mochi ala Jogja
Yangko merupakan camilan khas Jogja yang berupa kotak kecil, kenyal, serta manis. Terbuat dari tepung ketan dengan isian kacang manis, rasanya mirip mochi
Jepang. Sangat cocok untuk oleh-oleh ringan. Harganya sekitar Rp20.000 per kotak isi 10. Yangko bisa ditemui di toko oleh-oleh kawasan Kotagede maupun Pasar Beringharjo.
5. Tiwul dan Gathot – Camilan Tradisional Bernuansa Desa
Tiwul dan Gathot adalah oleh-oleh makanan khas Jogja yang jarang ditemukan di daerah lain. Berasal dari Gunungkidul, keduanya dibuat dari singkong serta
gaplek, dengan rasa manis dan gurih alami yang membuat nostalgia masa kecil muncul kembali. Harga mulai dari Rp10.000 per bungkus, tersedia di pusat oleh-oleh tradisional di Malioboro.
6. Peyek Tumpuk – Renyahnya Bikin Ketagihan
Peyek Tumpuk adalah snack khas Jogja yang menggoda dengan renyahnya. Berisi kacang tanah melimpah di setiap gigitannya, cemilan ini cocok dinikmati
bersama teh hangat. Harganya mulai Rp15.000 per bungkus, dan bisa ditemukan di pasar tradisional atau pusat oleh-oleh Jogja.
7. Cokelat Monggo – Oleh-Oleh Kekinian dengan Sentuhan Tradisional
Untuk pilihan modern, Cokelat Monggo wajib dicoba. Terbuat dari kakao asli Indonesia dengan varian rasa unik seperti durian, mangga, hingga cabai,
menjadikan cokelat ini oleh-oleh yang menarik bagi generasi muda.Harga Cokelat Monggo mulai Rp30.000 per batang. Ada di outlet formal Cokelat Monggo di Kotagede.
Kenapa Oleh-Oleh Khas Jogja Selalu Dicari Wisatawan?
Oleh-oleh khas Jogja tidak hanya soal rasa, tapi juga nilai budaya dan cerita di baliknya. Dari Bakpia Pathok yang legendaris, Geplak khas hajatan desa, hingga
Gudeg Kaleng yang inovatif, semuanya membawa kisah Jogja yang kaya sejarah.
Selain itu, variasi harga dan pilihan memudahkan semua wisatawan, dari backpacker hingga premium, untuk membawa pulang buah tangan yang sesuai
selera. Dari Bakpia Pathok hingga Cokelat Monggo, setiap oleh-oleh makanan khas Jogja menawarkan lebih dari sekadar rasa. Ia menyimpan kenangan, cerita
budaya, dan tradisi yang tak lekang zaman. Jadi, pastikan menyisakan ruang di koper Anda untuk membawa pulang oleh-oleh khas Jogja ini—sebuah cara sederhana untuk mengabadikan kehangatan Kota Gudeg.
Artikel ini ditulis oleh Ika Kurnia Sari, Team Internship Wayah Sinau Web ID