Bagaimana Ekowisata Bisa Jadi Masa Depan Wisata Indonesia
Wayah Sinau - Industri pariwisata global sedang berada di persimpangan. Pandemi COVID-19 telah mengubah cara orang berwisata—dari yang semula fokus pada kemewahan dan hiburan massal, kini bergeser ke wisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Di sinilah ekowisata muncul sebagai masa depan yang menjanjikan, terutama bagi Indonesia.
Dengan ribuan pulau, hutan tropis, terumbu karang, dan keanekaragaman budaya yang luar biasa, Indonesia memiliki semua komponen yang dibutuhkan untuk menjadi pusat ekowisata dunia. Tapi bagaimana sebenarnya ekowisata bisa menjadi tulang punggung pariwisata nasional ke depan?
Apa Itu Ekowisata dan Mengapa Penting?
Lebih dari Sekadar Wisata Alam
Ekowisata bukan sekadar menikmati pemandangan hutan, laut, atau pegunungan. Esensinya adalah pada konservasi lingkungan, pelibatan masyarakat lokal, serta edukasi kepada wisatawan. Tujuannya adalah menciptakan hubungan saling menguntungkan antara alam, penduduk, dan pelancong.
Ekowisata menjawab tantangan besar pariwisata konvensional:
- Overtourism yang merusak lingkungan
- Kesenjangan ekonomi yang tidak menguntungkan masyarakat lokal
- Kehilangan identitas budaya akibat komersialisasi berlebihan
Dengan prinsip ramah lingkungan dan inklusif, ekowisata menawarkan solusi jangka panjang yang lebih adil dan berkelanjutan.
Potensi Ekowisata di Indonesia
Negara Mega-Biodiversitas dengan Kekuatan Lokal
Indonesia adalah salah satu dari 17 negara megabiodiversitas di dunia, dengan lebih dari 17.000 pulau dan ekosistem mulai dari hutan hujan tropis, savana, hingga pegunungan tinggi. Selain itu, Indonesia juga memiliki ratusan budaya lokal yang hidup berdampingan dengan alam secara harmonis.
Contoh nyata potensi ekowisata Indonesia:
- Taman Nasional Komodo: Habitat kadal purba, terumbu karang, dan budaya lokal Bajo
- Taman Nasional Way Kambas: Pelestarian gajah dan edukasi konservasi
- Desa Penglipuran, Bali: Simbiosis budaya, ekologi, dan kesadaran wisata
Ini baru sebagian kecil. Ribuan desa wisata di Indonesia berpotensi menjadi model ekowisata jika dikelola dengan benar.
Manfaat Ekowisata bagi Masa Depan Indonesia
1. Konservasi Lingkungan yang Terintegrasi
Ekowisata membantu menjaga hutan, laut, dan satwa liar dari kerusakan. Ketika masyarakat mendapat penghasilan dari wisata berbasis alam, mereka akan lebih terdorong untuk melindunginya daripada mengeksploitasinya.
2. Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Alih-alih keuntungan hanya dinikmati investor besar, ekowisata mendorong pertumbuhan ekonomi mikro: penginapan homestay, pemandu lokal, kuliner tradisional, hingga kerajinan tangan. Model ini memberikan dampak langsung kepada warga.
3. Pendidikan dan Kesadaran
Wisatawan yang mengikuti ekowisata akan memperoleh wawasan lebih dalam tentang ekosistem, budaya, dan isu lingkungan. Ini membentuk wisatawan yang lebih sadar dan bertanggung jawab.
![]() |
Ekowisata terbaik di Indonesia |
Tantangan dan Solusinya
Infrastruktur, Regulasi, dan Edukasi
Meskipun potensinya besar, ekowisata di Indonesia belum sepenuhnya berkembang. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain:
- Minimnya infrastruktur ramah lingkungan di lokasi-lokasi terpencil
- Kurangnya standar pengelolaan dan sertifikasi ekowisata
- Kurangnya pelatihan masyarakat dan pemahaman wisatawan
Namun, banyak solusi bisa diterapkan, seperti:
- Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan LSM dalam membangun fasilitas tanpa merusak alam
- Sertifikasi ekowisata untuk pelaku industri agar wisatawan tahu mana destinasi yang benar-benar berkelanjutan
- Kampanye digital tentang pentingnya wisata bertanggung jawab
Contoh Praktik Sukses Ekowisata di Indonesia
Desa Wisata Nglanggeran – Yogyakarta
Desa ini berhasil mengubah potensi alam dan budaya lokal menjadi sumber penghasilan utama tanpa merusak ekosistem. Dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Nglanggeran menawarkan homestay, edukasi pertanian organik, dan trekking ke gunung api purba. Tahun 2017, desa ini bahkan masuk daftar UNWTO sebagai Best Tourism Village.
Raja Ampat – Papua Barat
Kawasan ini mengatur zona konservasi laut berbasis masyarakat. Masyarakat adat menetapkan kawasan larang tangkap dan menjalankan patroli secara mandiri. Pendapatan dari wisata digunakan untuk pendidikan dan konservasi. Hasilnya? Terumbu karang tetap sehat, dan masyarakat tetap sejahtera.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Peran Wisatawan dan Pemerintah
Jika ingin ekowisata menjadi masa depan, seluruh pihak harus berperan.
Sebagai wisatawan, kita bisa:
- Memilih destinasi ramah lingkungan
- Mengurangi penggunaan plastik dan limbah
- Menghormati budaya lokal
- Mendukung ekonomi lokal
Pemerintah dan pelaku industri pariwisata juga harus mendorong:
- Perencanaan wilayah berbasis lingkungan
- Promosi destinasi ekowisata secara nasional dan internasional
- Investasi dalam pendidikan dan pelatihan warga lokal
Jalan Panjang Menuju Pariwisata Berkelanjutan
Ekowisata bukan sekadar alternatif, tetapi kebutuhan masa depan. Di tengah krisis iklim dan kerusakan alam, pendekatan ini menawarkan solusi cerdas: menikmati keindahan Indonesia sambil menjaganya tetap lestari.
Indonesia punya potensi tak terbatas untuk jadi pelopor wisata hijau dunia. Namun, masa depan itu tidak terjadi begitu saja—perlu kerja bersama, kesadaran kolektif, dan kebijakan yang berpihak pada bumi dan manusia.
Jika liburan bisa jadi sarana merawat alam dan memberdayakan sesama, mengapa tidak kita pilih yang itu?
(Artikel ini ditulis oleh Jenia)